Jumat 27 Oct 2023 23:55 WIB

Setahun Twitter Digarap Elon Musk, Begini Ceritanya Sekarang

Musk menghapus logo burung Twitter yang dikenal secara global dan mengganti nama.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Sudah satu tahun lamanya miliarder Elon Musk membeli X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Dia justru membawa X dalam perjalanan yang mengakibatkan hilangnya pemasukan dan kepercayaan/ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/ETIENNE LAURENT
Sudah satu tahun lamanya miliarder Elon Musk membeli X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Dia justru membawa X dalam perjalanan yang mengakibatkan hilangnya pemasukan dan kepercayaan/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Sudah satu tahun lamanya miliarder Elon Musk membeli X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter. Dia membawa platform tersebut dalam perjalanan yang mengakibatkan hilangnya sejumlah pemasukan finansial, pengiklan, dan kepercayaan.

Musk menyelesaikan kesepakatan senilai 44 miliar dolar AS pada 27 Oktober 2022, menghadapi tuntutan hukum terkait persyaratan pembelian yang ingin ia hindari. Oleh karena itu, X dianggap masih kacau sampai saat ini.

Baca Juga

Berikut adalah kilas balik tahun pertama Musk sebagai pemilik platform tersebut, dikutip dari Japan Today, Jumat (27/10/2023).

 

1.Hilangkan nuansa kekeluargaan antara karyawan

Beberapa hari setelah pembeliannya, Musk dengan cepat memecat para eksekutif yang menjalankan Twitter dan menjadikan perusahaan publik itu sebagai perusahaan swasta. Dia juga memberhentikan sebagian besar pekerja perusahaan yang berbasis di San Francisco, memangkas jumlah pekerja menjadi kurang dari 1.500 dari 8.000.

Karyawan Twitter diminta untuk berkomitmen tanpa syarat terhadap pekerjaan mereka dan melepaskan segala gagasan tentang kerja jarak jauh. Mantan manajer proyek Esther Crawford, menulis tentang pengalamannya secara daring, mengatakan Musk mengganti suasana kekeluargaan perusahaan dengan iklim ketakutan. Pada bulan Juli, Musk menghapus logo burung Twitter yang dikenal secara global dan mengubah nama platform menjadi X.

 

2.Keputusan ceroboh

Beberapa bulan setelah pengambilalihannya, Musk menghapus moderasi konten, memulihkan akun ekstremis yang sebelumnya dilarang, dan mengizinkan pengguna membeli verifikasi akun, sehingga membantu mereka mendapatkan keuntungan dari unggahan yang viral,namun sering kali tidak akurat. Musk membela perubahan tersebut atas nama kebebasan berpendapat.

Dia menonaktifkan fitur-fitur yang ada untuk mencegah pengguna tertipu oleh klaim palsu dan menerapkan sistem baru yang mendorong penyebarannya, menurut situs pengecekan fakta nirlaba PolitiFact.

Langkah-langkah yang diambil oleh Musk di X "telah memicu peningkatan penyebaran informasi yang salah dan ujaran kebencian," kata PolitiFact pada hari Senin dalam sebuah laporan, yang sejalan dengan serangkaian kelompok yang melacak konten beracun di media sosial.

Bulan ini Komisi Eropa mengumumkan penyelidikan terhadap X atas dugaan penyebaran informasi palsu dan konten teroris mengenai konflik antara Israel dan Hamas.

 

3.Kerugian finansial

Selama setahun terakhir, sebagian bisnis periklanan platform tersebut ambruk karena para pemasar tidak menyukai X. Insider Intelligence memperkirakan bahwa X akan menyelesaikan tahun 2023 dengan pendapatan iklan sebesar 2,98 miliar dolar AS, dibandingkan dengan 4,14 miliar dolar AS pada tahun 2022.

Musk awal tahun ini mengatakan nilai perusahaannya turun lebih dari setengahnya menjadi 20 miliar dolar AS, dan beberapa perkiraan bahkan menduga lebih rendah lagi.

Diperkirakan jumlah pengguna aktif X setiap hari mencapai 225 juta, turun lebih dari 10 persen sejak Musk membeli perusahaan tersebut.

Pengguna yang berhenti menggunakan Twitter diduga tersebar di beberapa platform seperti Mastodon, Bluesky, Threads, dan lainnya untuk mencari rumah media sosial baru.

 

4.Konten tidak terkontrol

Sementara itu, konten ekstrem sayap kanan berkembang pesat di X. Musk mengaktifkan kembali akun mantan presiden Donald Trump dan menghapuskan tim yang khusus memerangi misinformasi mengenai pemilu.

Mantan pembawa acara berita Fox Tucker Carlson, yang dikenal dengan opini konservatif radikal, meluncurkan acara di X setelah dipecat dari stasiun televisi tersebut. Musk menjadi pembawa acara dan menyiarkan wawancara dengan calon presiden AS dari Partai Republik Ron DeSantis dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement