Kamis 26 Oct 2023 08:32 WIB

Israel akan Gunakan Gas Saraf dan Senjata Kimia untuk Melumpuhkan Pejuang Hamas

Gas saraf itu mampu melumpuhkan gerakan tubuh untuk jangka waktu hingga 12 jam.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Pejuang Hamas (ilustrasi). Israel akan menggunakan gas saraf  dan senjata kimia untuk melumpuhkan pejuang Hamas.
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Pejuang Hamas (ilustrasi). Israel akan menggunakan gas saraf dan senjata kimia untuk melumpuhkan pejuang Hamas.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok perlawanan Palestina memperkirakan, Israel akan membanjiri terowongan Hamas dengan gas saraf dan senjata kimia di bawah pengawasan komando Delta Force Amerika Serikat (AS). Seorang sumber senior Arab yang dekat dengan Hamas mengatakan, Israel dan AS berharap dapat menembus terowongan Hamas, menyelamatkan sekitar 220 sandera, dan membunuh ribuan sayap militer Hamas yang tergabung dalam Brigade al-Qassam Hamas.

“Rencana tersebut bergantung pada elemen kejutan untuk memenangkan pertempuran dengan menggunakan gas yang dilarang secara internasional, khususnya gas saraf, dan senjata kimia. Gas saraf dalam jumlah besar akan dipompa ke dalam terowongan,” kata sumber itu, dilaporkan Middle East Eye, Rabu (25/10/2023).

Baca Juga

Delta Force AS akan mengawasi sejumlah besar gas saraf yang dipompa ke terowongan Hamas. Gas saraf itu mampu melumpuhkan gerakan tubuh untuk jangka waktu antara enam hingga 12 jam.

“Selama periode ini, terowongan akan ditembus, para sandera akan diselamatkan dan ribuan tentara al-Qassam akan terbunuh,” kata sumber itu.

Gedung Putih dan Departemen Pertahanan AS belum memberikan komentar atas rencana tersebut.  AS terlibat dengan Israel dalam rencana invasi darat ke Gaza.

Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin hampir setiap hari melakukan panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, untuk membahas operasi militer. Sementara pejabat senior militer AS yang memiliki pengetahuan tentang peperangan perkotaan telah dikirim ke Israel untuk membantu merencanakan serangan darat ke Gaza.

Ketika berkunjung ke Israel pekan lalu, Presiden AS, Joe Biden berpartisipasi dalam sesi perencanaan perang. Saat itu, Presiden Biden secara tidak sengaja membagikan sebuah foto yang dilaporkan memperlihatkan wajah tiga komando Delta Force yang memberi nasihat kepada Israel mengenai penyelamatan sandera. Namun foto itu kemudian dihapus.

Delta Force adalah cabang elit Pasukan Operasi Khusus Angkatan Darat AS.  Mereka dilatih dalam misi penyelamatan sandera, kontraterorisme, dan membunuh atau menangkap target bernilai tinggi. Mereka memiliki pengalaman langsung berpartisipasi dalam penyelamatan sandera kelompok ISIS, dan melakukan penggerebekan terhadap para pemimpin kelompok tersebut sebagai bagian dari kampanye AS untuk mengalahkan ISIS.

Israel selalu mengatakan bahwa mereka menunda invasi darat ke Gaza. Namun pernyataan ini adalah sebuah pengalihan, karena Israel ingin membuat serangan kejutan yang akan mencakup pendaratan pasukan komando Israel di Gaza utara dan sepanjang pantai. Rincian operasional serangan tersebut telah disepakati.

Pada Rabu (25/10 2023), Wall Street Journal melaporkan, Israel telah setuju untuk menunda invasi darat yang diperkirakan akan memberikan lebih banyak waktu bagi AS untuk menempatkan sistem pertahanan udara di wilayah tersebut. 

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu pada Rabu mengatakan, Israel sedang mempersiapkan invasi darat. Tetapi dia tidak memberikan indikasi waktu atau rincian lainnya.

Media Israel juga mengungkap perpecahan tiga anggota kabinet perang Israel yang terdiri dari Perdana Menteri Netanyahu, pemimpin opisisi Benny Gantz dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Seorang sumber mengatakan, walaupun bukan tanpa dasar laporan tersebut “merupakan upaya pengalihan yang bertujuan untuk mengagetkan perlawanan di Jalur Gaza.

Pada 7 Oktober Hamas melakukan serangan mengejutkan di Israel selatan.  Hamas melakukan infiltrasi dari darat, laut, dan udara sehingga membuat Israel panik dan kewalahan. Menurut para pejabat Israel, sekitar 1.400 orang tewas di Israel selama serangan itu. Setidaknya 220 orang lainnya ditawan di Gaza, termasuk tentara dan warga sipil.

Israel kemudian membalas serangan Hamas dengan pengeboman massal di Gaza yang telah menyebabkan 6.546 warga Palestina meninggal dunia. Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 70 persen korban tewas adalah anak-anak, perempuan, dan orang lanjut usia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement