Senin 23 Oct 2023 09:10 WIB

Dampak Perubahan Iklim Semakin Nyata, Ancam Seluruh Negeri dan Ekonomi  

Laju perubahan iklim di dunia juga menganggu perekonomian sebuah negara.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolandha
Suasana kemacetan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (2/5/2023). Laju perubahan iklim di dunia juga menganggu perekonomian sebuah negara.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Suasana kemacetan di Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Selasa (2/5/2023). Laju perubahan iklim di dunia juga menganggu perekonomian sebuah negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati kembali mengingatkan ancaman nyata perubahan iklim terhadap negara-negara di dunia. Dwikorita mengatakan, kondisi bumi yang sedang tidak baik-baik saja ini dapat mengancam keberlangsungan kehidupan seluruh makhluk hidup di Bumi. 

“Perubahan iklim mengancam seluruh negara. Tidak peduli kondisi negaranya, baik negara maju, berkembang, dan negara kepulauan kecil semuanya mengalami bencana hidrometeorologi bahkan multi bencana hidrometeorologi,” kata Dwikorita dalam siaran persnya dikutip pada Senin (23/10/2023).

Baca Juga

Dwikorita menyampaikan, dampak perubahan iklim ini akan dirasakan oleh seluruh negara tanpa terkecuali. Dwikorita mencontohkan, fenomena El Nino dan La Nina yang memicu terjadinya bencana hidrometeorologi. 

"Tidak jarang, dalam satu negara bisa mengalami bencana banjir namun disaat bersamaan juga mengalami kekeringan. Akibatnya kondisi ini membuat banyak orang menjadi hidup menderita," ujarnya.

Dwikorita melanjutkan, dalam laporan World Meteorogical Organization (WMO), laju perubahan iklim di dunia juga menganggu perekonomian sebuah negara. Negara maju misalnya bisa mengalami 60 persen dari jumlah kejadian bencananya terkait cuaca namun umunya hanya 0,1 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB).

Namun kondisi parah terpotret di negara berkembang yang terdampak 7 persen dari bencana global, tetapi menyebabkan kerugian 5-30 persen dari PDB. Sementara negara kepulauan kecil 20 persen dari bencana global menyebabkan kerugian hingga 5 persen dari PDB dan di beberapa kasus bisa melebihi 100 persen.  

“Kami melihat bahwa cuaca ekstrem, iklim, dan peristiwa terkait air menyebabkan 11.778 kejadian bencana yang dilaporkan antara tahun 1970-2021,” ujarnya. 

Kondisi tersebut, menurut Dwikorita adalah masalah yang sangat serius karena menunjukkan tidak adanya kepasitas yang sama di antarnegara. Dwikorita pun mendorong seluruh negara untuk bisa berkolaborasi mengatasi permasalahan lingkungan. Dia pun menyoroti pentingnya keterkaitan antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan layanan iklim.

BMKG sendiri, lanjut Dwikorita, telah mengambil peranan penting dalam mendorong layanan informasi iklim berdasarkan ilmu pengetahun dan kebijakan hukum untuk mengantisipasi kondisi perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. 

“Oleh karena itu, kita memang perlu memperkuat keterkaitan antara sains, kebijakan, layanan informasi, terutama dalam memahami dampak perubahan iklim dan variabilitas iklim serta dampaknya terhadap kehidupan manusia, yang juga berdampak pada keselamatan peradaban kita,” ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement