Jumat 20 Oct 2023 12:44 WIB

Mengejutkan, Ternyata Sampah Luar Angkasa Juga Ikut Cemari Bumi

Ilmuwan berhasil mendeteksi keberadaan polutan di lapisan udara terluar dari Bumi .

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Pembakaran sampah luar angkasa di atmosfer Bumi menimbulkan polusi udara yang dapat memengaruhi iklim planet kita./ilustrasi
Foto: abc
Pembakaran sampah luar angkasa di atmosfer Bumi menimbulkan polusi udara yang dapat memengaruhi iklim planet kita./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Para ilmuwan telah lama mengira bahwa pembakaran sampah luar angkasa di atmosfer Bumi menimbulkan polusi udara yang dapat memengaruhi iklim di planet kita ini. Kini, untuk pertama kalinya, mereka berhasil mendeteksi keberadaan polutan ini di udara jauh di atas planet kita. 

Satu tim peneliti menerbangkan pesawat Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) di ketinggian di atas Alaska dan daratan Amerika Serikat (AS) untuk mengambil sampel komposisi kimiawi udara tipis di stratosfer, lapisan atmosfer bumi terendah kedua, yang membentang dari sekitar 10 hingga 50 kilometer di atas permukaan planet. 

Baca Juga

Dilansir Space, Jumat (20/10/2023), pesawat WB-57 dan ER-2 milik NASA memungkinkan para peneliti mencapai ketinggian hingga 19 kilometer. Yaitu sekitar kilometer di atas ketinggian jelajah pesawat komersial. 

Sensor sensitif di bagian hidung pesawat menganalisis senyawa kimia yang diencerkan dalam udara stratosfer yang tipis dan murni, yang berada di luar jangkauan sumber polusi udara di Bumi. Para peneliti menemukan jejak litium, aluminium, tembaga, dan timbal di udara sampel. Konsentrasi senyawa-senyawa ini yang terdeteksi jauh lebih tinggi dibandingkan yang disebabkan oleh sumber-sumber alami, seperti penguapan debu kosmik dan meteorit saat mereka bertemu dengan atmosfer. 

Faktanya, para peneliti  mengatakan dalam sebuah pernyataan, konsentrasi polutan ini mencerminkan rasio senyawa kimia yang ada dalam paduan yang digunakan dalam pembuatan satelit. 

Dan Sziczo, profesor Ilmu bumi, atmosfer, dan planet di Universitas Purdue di Indiana dan salah satu penulis studi tersebut , mengatakan dalam pernyataan, pihaknya menemukan bahan buatan manusia di tempat yang peneliti anggap sebagai wilayah atmosfer yang masih asli. “Jika ada sesuatu yang berubah di startosfer— Wilayah atmosfer yang stabil- hal ini perlu dicermati lebih dekat,” ujar Sziczo. 

Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan telah membunyikan peringatan mengenai kemungkinan dampak meningkatnya jumlah peluncuran roket dan masuknya kembali satelit ke lapisan atas atmosfer bumi. Misalnya, aluminium oksida, produk pembakaran paduan berbahan dasar aluminium, dikenal karena kemampuannya merusak ozon. 

Secara kebetulan, lapisan ozon bumi, yang melindungi kehidupan di planet ini dari radiasi ultravilet (UV) yang berbahaya, berada di stratosfer, tempat ditemukannya polutan. Lapisan ozon baru saja mulai pulih dari kerusakan yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan perusak ozon dalam lemari es dan semprotan aerosol, serta polusi dari sampah luar angkasa mungkin menghambat proses penyembuhannya. 

Selain itu, Aaron Boley, profesor astronomi dan astrofisika di University of British Columbia di Kanada mengatakan kepada Space.com, partikel aluminium oksida dapat mengubah albedo bumi.  albedo bumi yaitu kemampuan planet untuk memantulkan cahaya. Oleh karena itu, konsentrasi aluminium oksida yang terlalu tinggi di stratosfer dapat menyebabkan perubahan suhu di stratosfer yang pada gilirannya dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak terduga terhadap iklim bumi. 

Masalahnya adalah partikel-partikel yang tersebar di ketinggian kemungkinan besar tidak akan pernah jatuh ke Bumi, Boley memperingatkan, yang berarti konsentrasinya hanya akan meningkat seiring berjalannya waktu.

Munculnya megakonstelasi, sistem satelit besar seperti Starlink milik SpaceX, telah menyebabkan peningkatan tajam dalam jumlah satelit yang diluncurkan ke orbit dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar satelit ini dirancang untuk jatuh kembali ke Bumi dan terbakar di atmosfer pada akhir misinya. 

Puluhan atau bahkan ratusan satelit mungkin akan diluncurkan pada dekade mendatang, dan hal ini berarti akan terjadi peningkatan tajam dalam jumlah satelit yang masuk kembali dan konsentrasi bahan kimia yang dihasilkan oleh pembakaran satelit tersebut di lapisan atas atmosfer. 

Cziczo menuturkan perubahan pada atmosfer mungkin sulit untuk dipelajari dan rumit untuk dipahami. “Tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa dampak pendudukan manusia dan penerbangan luar angkasa manusia terhadap planet ini mungkinsignifikan— mungkin lebih signifikan dari yang kita bayangkan. Memahami planet kita adalah salah satu prioritas penelitian paling mendesak yang ada,” katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement