Rabu 18 Oct 2023 00:34 WIB

Ini Penyebab Anak Muda Gampang Terjerat Pinjol dan Paylater

Hampir 55 persen milenial merupakan sandwich generation.

Rep: Santi Sopia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Pengaruh gaya hidup bisa membuat anak muda mudah terjerat paylater atau pinjaman online (pinjol)./ilustrasi
Foto: Freepik
Pengaruh gaya hidup bisa membuat anak muda mudah terjerat paylater atau pinjaman online (pinjol)./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Generasi milenial tercatat sebagai kelompok yang cukup banyak terjerat pinjaman online (pinjol) dan paylater. Menurut perencana keuangan Gembong Suwito, sebanyak 63 persen milenial diketahui tidak memiliki dana darurat. Hampir 55 persen milenial merupakan sandwich generation alias harus menanggung kebutuhan orang tua dan juga anak-anak mereka.

“Mereka umumnya tidak punya tujuan keuangan, tidak punya track sehingga keuangan tidak teratur,” kata Gembong dalam acara bersama blu by BCA Digital di Jakarta, Selasa (17/10/2023).

Baca Juga

Gembong mengatakan faktor media sosial dan pola konsumtif turut memengaruhi fenomena ini. Milenial juga terpapar dengan kemudahan membeli barang tanpa memiliki uang alias dengan paylater

Kemudian terjebak pinjol akibat gaya hidup. Bedanya dengan zaman dulu adalah orang harus menabung untuk membeli sesuatu yang diinginkan. Menurut dia, hampir semua media saat ini memberikan paparan informasi dengan pola konsumtif dan semua kemudahan. “Paylater itu kan bisa jadi gunung, dia tidak bisa melihat benefit dan ditunjang dengan kemudahan gaya hidup,” lanjut dia.

Gembong juga menyebut salah satu contoh di mana orang dengan gaji UMR tetapi memiliki pinjaman di 33 pinjol. Di zaman sekarang, generasi muda merasa selalu harus tampil kekinian dengan cara pergi ke mal, membeli baju terbaru, dan dipicu dengan dengan iklan luar biasa masif serta konsisten.

“Faktanya milenial lebih boros dibanding zaman dulu iya, karena satu, masuk informasi iklan, diskon, tapi akumulatif akan berdampak signifikan. Kalau dulu tidak banyak informasi, diskon, dan untuk membeli tidak semudah sekarang. Jadi keuangan generasi sekarang lebih tidak teratur dan boros,” ujar dia.

Karena itulah, penting untuk melakukan financial check-up, apakah lebih banyak aset atau utang. Kemudian asetnya produktif atau konsumtif, dan bagaimana cara mengelola pengeluaran dari pendapatan.

Pemeriksaan keuangan ini perlu dilihat minimal setahun sekali supaya keputusan yang dilakukan bisa terukur dengan jelas. Dia kerap menyarankan klien untuk melakukannya minimal setiap enam bulan sekali agar resolusi keuangan termonitoring dengan jelas.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement