REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisaris Eropa Thierry Breton mengirim surat kepada CEO Alphabet Sundar Pichai untuk mengingatkan akan kewajiban perusahaan sebagai platform online besar untuk menjaga agar konten ilegal dan disinformasi tidak dibagikan di YouTube seputar perang Israel dengan Hamas. Hal ini merujuk pada Undang-Undang Layanan Digital (DSA) Uni Eropa (UE).
“Setelah serangan yang dilakukan Hamas terhadap Israel, kami melihat lonjakan konten ilegal dan disinformasi yang disebarluaskan di UE melalui platform tertentu,” kata Breton.
Dia mengatakan YouTube mempunyai kewajiban untuk melindungi anak-anak dan remaja di UE dari konten kekerasan di platformnya. Oleh karena itu, platform harus segera mengambil tindakan sebagai respons terhadap pemberitahuan dari UE dan menerapkan sejumlah langkah mitigasi yang proporsional dan efektif untuk mengatasi risiko disinformasi.
Juru bicara YouTube Ivy Choi mengatakan menyusul serangan di Israel dan meningkatnya konflik yang kini terjadi di Israel dan Gaza, pihaknya telah menghapus puluhan ribu video berbahaya dan menghentikan ratusan saluran.
"Pada saat yang sama, sistem kami terus menghubungkan orang-orang dengan berita dan informasi berkualitas tinggi. Tim kami bekerja sepanjang waktu untuk memantau rekaman berbahaya dan tetap waspada untuk mengambil tindakan cepat jika diperlukan pada semua jenis konten, termasuk video Shorts dan streaming langsung," ujarnya.
Dalam suratnya, Breton juga membahas hal lain yang menjadi perhatian mendesak adalah disinformasi dalam pemilu. “Saya mengundang Anda untuk memberi tahu tim saya mengenai rincian langkah-langkah yang telah Anda ambil untuk memitigasi deepfake sehubungan dengan pemilu mendatang di Polandia, Belanda, Lituania, Belgia, Kroasia, Rumania dan Austria, serta pemilu Parlemen Eropa," ucap dia.
Dikutip dari The Verge, Sabtu (14/10/2023), Breton meminta YouTube untuk secara proaktif melaporkan informasi yang relevan ke UE, tapi mencatat bahwa timnya akan mengirimkan permintaan mengenai sejumlah masalah untuk menegakkan kepatuhan DSA.
Surat Breton kepada Pichai mengikuti surat serupa yang dikirimkan kepada CEO Meta Mark Zuckerberg, pemilik X Elon Musk, dan CEO TikTok Shou Zi Chew. Meta menerbitkan postingan blog panjang pada Jumat yang merinci upayanya untuk menindak konten kekerasan, termasuk mendirikan pusat operasi yang mencakup penutur bahasa Ibrani dan Arab yang fasih untuk memantau secara dekat dan merespons situasi yang berkembang pesat secara real-time.