Selasa 10 Oct 2023 04:54 WIB

Ada Rasa Baru yang Hadir di Lidah Kita, Apa Itu?

Para ilmuwan dari University of Southern California telah menemukan rasa baru.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
Lidah merespons amonium klorida sedemikian rupa sehingga dianggap sebagai rasa dasar keenam. Amonium klorida atau garam salmiak, tidak banyak digunakan di seluruh dunia. (ilustrasi)
Foto: Antara/Musyawir
Lidah merespons amonium klorida sedemikian rupa sehingga dianggap sebagai rasa dasar keenam. Amonium klorida atau garam salmiak, tidak banyak digunakan di seluruh dunia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Saat tumbuh dewasa, kebanyakan dari kita belajar bahwa ada lima rasa dasar yang terasa dalam indera pengecap, manis, asin, asam, pahit, dan umami. Namun para ilmuwan dari University of Southern California telah menemukan rasa baru.

Mereka mengklaim bahwa lidah merespons amonium klorida sedemikian rupa sehingga dianggap sebagai rasa dasar keenam. Amonium klorida atau garam salmiak, tidak banyak digunakan di seluruh dunia tetapi dapat ditemukan dalam akar manis asin.

Baca Juga

“Jika Anda tinggal di negara Skandinavia, Anda pasti akrab dan mungkin menyukai rasa ini,” kata penulis utama studi tersebut, Prof Emily Liman, dilansir dari Daily Mail, Selasa (10/10/2023).

Selama beberapa dekade, para ilmuwan telah mengetahui bahwa lidah memberikan respons yang kuat terhadap amonium klorida. Namun hingga kini, mekanisme di balik reaksi tersebut masih belum jelas.

Protein yang disebut OTOP1 diketahui bertanggung jawab mendeteksi rasa asam, dan tim bertanya-tanya apakah amonium klorida juga dapat memicu OTOP1.

Untuk mengujinya, mereka memasukkan gen Otop1 ke dalam sel manusia yang dikembangkan di laboratorium, sehingga sel tersebut menghasilkan protein OTOP1. Kemudian, mereka memaparkan sel-sel ini ke asam atau amonium klorida, sebelum mengukur responsnya.

“Kami melihat bahwa amonium klorida merupakan penggerak saluran OTOP1 yang sangat kuat. Ini aktif dengan baik atau lebih baik daripada asam,” kata Prof Liman.

Tes lebih lanjut pada tikus menegaskan bahwa mereka yang memiliki gen OTOP1 menghindari amonium klorida, sedangkan mereka yang tidak memiliki gen tersebut tidak keberatan dengan rasanya.

“Ini benar-benar penentunya. Ini menunjukkan bahwa saluran OTOP1 sangat penting untuk respons perilaku terhadap amonium,” ujar Prof Liman.

Mengingat amonium klorida tidak secara alami ditemukan di banyak makanan, para peneliti mempertanyakan apa keuntungan mencicipinya.

Prof Liman berpendapat, bahwa kemampuan untuk merasakan amonium klorida mungkin telah berevolusi untuk membantu kita menghindari makan zat berbahaya yang memiliki konsentrasi amonium tinggi.

“Amonium ditemukan dalam produk limbah (misalnya pupuk) dan agak beracun. Jadi masuk akal jika kita mengembangkan mekanisme rasa untuk mendeteksinya,” ujar dia lagi.

Para peneliti mengingatkan bahwa ini adalah penelitian yang masih sangat awal, namun berharap temuan mereka akan mendorong penelitian lebih lanjut. “Siapa yang tahu? Mungkin amonium klorida akan bergabung dengan lima rasa dasar lainnya sehingga jumlah resminya menjadi enam,” kata para ilmuwan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement