REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Riset Kedokteran Preklinis dan Klinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Harimat Hendarwan mengatakan cara mencegah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) pada musim kemarau sama dengan memitigasi penyebaran COVID-19 ketika masa pandemi. ISPA terjadi karena adanya partikel tak dikenal, seperti virus dan bakteri, yang masuk melalui saluran pernafasan.
"ISPA itu penyakit yang ditularkan melalui udara sehingga pola pencegahan ketika COVID-19 bisa dipergunakan, seperti memakai masker," kata dia di Jakarta, Rabu (4/10/2023).
Ia menjelaskan upaya meminimalisasi jalur masuk partikel tersebut bisa dengan penggunaan masker. Selain itu, kata dia, menghindari kerumunan juga dapat membantu mencegah tertular penyakit ISPA.
Harimat mengatakan langkah preventif lain agar masyarakat terhindar ISPA, yakni mengonsumsi makanan bergizi dan berimbang, rutin berolahraga, menghindari dehidrasi, serta menjaga lingkungan agar tetap bersih.
Ia mengungkapkan virus yang menyebabkan ISPA, antara lain Rhinovirus yang menjadi penyebab flu, Pneumokokus yang menyebabkan pneumonia, serta Adenovirus yang menyebabkan bronkitis. Sedangkan bakteri yang menyebabkan ISPA, yaitu Streptococcus, Haemophilius, serta Staphylococcus aureus.
Ia mengatakan polusi udara di beberapa daerah mengakibatkan terjadi lonjakan ISPA sehingga upaya terbaik mencegah kasus itu dengan menekan sumber polutan.
"Bila dikaitkan dengan polusi, tentu upaya yang terbaik yakni menekan polutan pada sumbernya, misalkan mengendalikan emisi industri serta kendaraan. Namun, apabila penyebabnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) maka pengendalian terhadap titik api harus menjadi fokus", ujarnya.
Data Kementerian Kesehatan per Agustus 2023, peningkatan kasus ISPA di DKI Jakarta mencapai 100 ribu kasus per bulan, sedangkan akhir-akhir ini di Kalimantan dan Sumatra lonjakan ISPA akibat karhutla.