Kamis 28 Sep 2023 16:42 WIB

NBRI Komitmen Lahirkan SDM-SDM Andal di Bidang Inovasi Baterai

NBRI mencoba menjawab persoalan-persoalan yang ada terkait dengan baterai.

Pendiri National Battery Research Institute (NBRI), Prof. rer.nat Evvy Kartini.
Foto: NBRI.
Pendiri National Battery Research Institute (NBRI), Prof. rer.nat Evvy Kartini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- National Battery Research Institute (NBRI) berkomitmen melahirkan sumber daya manusia (SDM) andal yang mengerti tentang inovasi baterai. Pasalnya,  berbicara baterai bukan hanya bicara produknya atau bicara materialnya tetapi harus pula bicara tentang SDM-nya.

“Karena kalau kita mau menguasai teknologi kita harus didik SDM yang baik, jadi SDM ini yang seringkali lupa untuk dididik. Karena nanti akan ada teknologi di mana orang ganti oli jadi ganti baterai. Artinya dari mulai workshopnya, bengkelnya harus dilatih. Jadi SDM, pekerja-pekerjanya harus kita latih, supaya nanti kalau ada pabrik baterai di Indonesia, pekerja-pekerjanya adalah orang Indonesia bukan orang asing," ujar pendiri NBRI, Prof. rer.nat Evvy Kartini dalam keterangan persnya, Kamis (28/9/2023).

Menurut Prof Evvy, sebagai pusat unggulan inovasi baterai dan energi terbarukan, NBRI mencoba menjawab persoalan-persoalan yang ada terkait dengan baterai, electric vehicle, renewable energy terkait energi storage. Research yang dilakukan adalah to solve directly the problem to industry yang terkadang diperlukan bukan research dengan waktu yang lama seperti research pada umumnya, tetapi short solve the problem.

Selain itu, lanjut Prof Evvy, NBRI juga memberikan kesempatan kepada masyarakat yang ingin belajar tentang baterai dan energi terbarukan. “Begitu banyak anak Indonesia yang pandai dan punya banyak kesempatan, dan kami memberi kesempatan mereka belajar di sini. Namanya program internship, tentunya akan kami seleksi. Bahasa Inggris harus kuat karena Co-founder NBRI dari London, Inggris Prof. Alan J Drew,” tegasnya.

Prof Evvy melanjutkan, para peserta internship akan dididik di NBRI sekitar 3 bulan sampai 6 bulan, tanpa perlu membayar biaya dan bisa melakukan research, bisa membuat pabrikasi, dan sebagainya. "Jadi kita memberi kesempatan untuk mahasiswa juga, dari berbagai universitas. Bedanya kalau industri training harus bayar, maka mahasiswa tidak perlu. Kita benar-benar support, jadi ada subsidi silang,” jelasnya.

Demi meningkatkan SDM yang andal, NBRI juga menggelar International Battery School (IBS) pada 26-27 September 2023, di ILSC Building, Bogor, Jawa Barat. Mengambil tema “Understanding Battery for 2W - EV, It’s Performance, Safety and Standarization” kegiatan IBS mengulas proses pembuatan, perakitan, uji kelayakan, sampai dengan standarisasi baterai, khususnya untuk kendaraan roda dua di Indonesia.

Para peserta IBS berasal dari kalangan akademisi, industri, praktisi juga pemerintah. Selain Prof. rer.nat Evvy Kartini yang membimbing langsung peserta, kelas IBS juga mengikutsertakan para pemangku kebijakan yang memiliki kapabilitas dan ahli di bidang baterai untuk roda dua, seperti Hyundai Kofico, raksasa produsen kendaraan listrik asal Korea Selatan, yang di wakilkan oleh Ir. Yoga Mugiyo Pratama, ST., IPP dan Sihyeon Kim. Keduanya memaparkan bagaimana standardisasi baterai di Korea Selatan.

Lalu dari EMS Technology Indonesia, perusahaan yang bergerak dalam penyediaan alat teknik dan konsultasi serta solusi pengujian, menghadirkan Ricky Hendra Wijaya yang memaparkan mengenai baterai testing, juga mendemonstrasikan cara kerja alat testing untuk baterai. Kemudian dari Badan Stansarisasi Nasional (BSN), hadir Sekretaris Komite Teknis 43-02 Kendaraan Jalan Raya Bertenaga Listrik, Fandi Yogiswara, yang memaparkan materi sudah sejauh mana perkembangan untuk mengkaji standardisasi baterai roda dua di Indonesia.

Prof Evvy bersyukur NBRI sudah membuat kegiatan atau event lebih dari 100-200 kali dan sudah menjangkau 34 negara. "Belum lama ini kami juga mengadakan battery summit di Jakarta, yang hadir ada 12 negara dan 176 industri. Hampir 300 peserta dan semua bicara tentang baterai dari hulu ke hilir,“ kata dia menegaskan.

 

Di hadapan peserta IBS, Prof Evvy memaparkan mengenai baterai litium dan pengetahuan mengenai battery pack yang digunakan di kendaraan listrik roda dua. Kemudian pada hari yang sama, para peserta langsung dihadapkan dengan praktik pembuatan battery pack, juga praktik pengujian performa baterai, di laboratorium NBRI.

Peserta sangat antusias dengan materi-materi dan praktik yang didapatkan karena ini pun merupakan hal yang baru di Indonesia, di mana ada kelas khusus untuk pengetahuan tentang baterai. Mereka yang hadir umumnya berasal dari industri, seperti produsen sepeda motor listrik PT. Electra Mobilitas Indonesia (ALVA), dan dari lembaga pengujian hadir Sucofindo, Tuv Nord. Ada pula dari akademisi seperti Institut Teknologi Semarang dan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dan masih banyak lagi.

Arifin Haryadi, akademisi dari Unsoed, mengaku dengan mengikuti IBS 2023 memungkinkannya belajar banyak tentang konsep komponen baterai, bagaimana cara menyusun baterai dan hal lainnya, dari material maining hingga ke hulu langsung dari para pakarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement