Rabu 27 Sep 2023 19:28 WIB

Demi Berburu Alien, Ilmuwan Ciptakan AI Ini

Cara kerja algoritma AI pendeteksi alien ini masih menjadi misteri.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Natalia Endah Hapsari
Para ilmuwan telah menciptakan program kecerdasan buatan (AI) yang dapat mendeteksi kehidupan alien dalam sampel fisik.  (ilustrasi)
Foto: bestpictureblog.com
Para ilmuwan telah menciptakan program kecerdasan buatan (AI) yang dapat mendeteksi kehidupan alien dalam sampel fisik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para ilmuwan telah menciptakan program kecerdasan buatan (AI) yang dapat mendeteksi kehidupan alien dalam sampel fisik. Algoritma pembelajaran mesin baru yang dilatih menggunakan sel hidup, fosil, meteorit, dan bahan kimia buatan laboratorium dapat membedakan 90 persen antara sampel yang berasal dari biologis dan nonbiologis.

Namun, cara kerja algoritma ini masih menjadi misteri. Para ilmuwan mengatakan tes baru ini dapat segera digunakan. Ini akan memindai kehidupan di Mars dengan mengolah data batuan Mars yang dikumpulkan oleh penjelajah Curiosity serta berpotensi mengungkap asal usul batuan misterius dan kuno yang ditemukan di bumi.

Baca Juga

Tim mempublikasikan temuan mereka pada 25 September di jurnal PNAS. "Temuan ini memungkinkan pihaknya dapat menemukan bentuk kehidupan dari planet lain dan biosfer lain yang berbeda dari kehidupan di bumi,” kata salah seorang penulis studi Robert Hazen, dilansir Live Science, Selasa (27/9/2023).

Para ilmuwan telah mengetahui bahwa mencampur bahan kimia dan menjaganya pada suhu laut purba dapat menghasilkan molekul organik seperti asam amino (bahan penyusun protein yang penting bagi kehidupan). Mereka juga menemukan bukti adanya unsur-unsur tersebut pada meteor dan asteroid jauh.

Para ilmuwan memulai dengan menggunakan metode yang sudah digunakan pada pesawat ruang angkasa Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) dengan pemanasan sampel tanpa udara untuk memisahkannya menjadi gas dan biochar. Bagian sampel yang terurai kemudian disusun dengan teknik yang disebut kromatografi, sebelum atom-atomnya ditranskripsi menjadi data melalui spektroskopi massa.

Setelah memasukkan data dari 134 sampel kaya karbon yang diketahui asal usulnya, algoritme pembelajaran mesin membedakan antara produk kehidupan masa kini dan masa lampau dan senyawa organik yang berasal dari abiotik dengan akurasi 90 persen.

Dilansir Live Science, Rabu (27/9/2023), sistem AI sebagian besar merupakan model kotak hitam (black-box model) yang hanya dilihat dari segi masukan dan keluarannya. Penulis lain Jim Cleaves mengatakan implikasi dari studi terbaru sangat banyak tapi ada tiga hal yang disoroti.

“Pertama, pada tingkat tertentu, biokimia berbeda dari kimia organik abiotick. Kedua, kita dapat melihat sampel Mars dan bumi purba untuk mengetahui apakah mereka pernah hidup. Terakhir, kemungkinan metode baru ini dapat membedakan biosfer alternatif dengan implikasi signifikan bagi misi astrobiologi di masa depan,” kata dia. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement