Selasa 12 Sep 2023 13:38 WIB

Chip Huawei Mate 60 Pro dalam Investigasi AS, Kenapa?

Kirin 9000s menjadi chip pertama di tengah upaya Huawei keluar dari tekanan AS.

Huawei cellphones displayed in a Huawei store, in Beijing, China, China, 11 September 2023. Huawei unveiled the Mate 60 and Mate 60 Pro in late August, and launched two more smartphones on 08 September, powered by the new Kirin 9000s chip. It has raised concerns on the efficacy of American restrictions on advanced semiconductors and the extent to which Beijing was able to circumvent them.
Foto: EPA-EFE/WU HAO
Huawei cellphones displayed in a Huawei store, in Beijing, China, China, 11 September 2023. Huawei unveiled the Mate 60 and Mate 60 Pro in late August, and launched two more smartphones on 08 September, powered by the new Kirin 9000s chip. It has raised concerns on the efficacy of American restrictions on advanced semiconductors and the extent to which Beijing was able to circumvent them.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Huawei meluncurkan ponsel terbarunya pekan lalu, Mate 60 Pro dan Mate 60 Pro+, di tengah kunjungan Menteri Perdagangan Amerika Serikat Gina Raimondo ke China, yang kemudian mengundang perhatian banyak pihak, terutama AS dan sebagian negara Eropa. AS bahkan akan segera melakukan investigasi teknikal terhadap chip yang digunakan di ponsel itu, yakni Kirin 9000s, yang notabene adalah prosesor yang dikembangkan sendiri oleh Huawei melalui mitranya di China, Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC).

"Saya akan menahan komentar mengenai chip tertentu yang dimaksud, sampai kita mendapatkan lebih banyak informasi tentang karakter dan komposisinya," kata penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan dalam konferensi pers hari Selasa (5/9/2023).

Baca Juga

Lalu, mengapa chip di Huawei Mate 60 Pro begitu menarik perhatian AS?

Kembali ke 2018 bahwa pada Mei Presiden Donald Trump mengeluarkan kebijakan yang melarang perusahaan-perusahaan AS menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dari siapa pun yang dianggap sebagai ancaman keamanan nasional. Meski tidak secara eksplisit, langkah Trump itu secara luas dipandang ditujukan kepada Huawei. 

Pada hari yang sama Departemen Perdagangan menempatkan Huawei dan 70 afiliasinya dalam “Daftar Entitas”, yang pada dasarnya merupakan daftar hitam yang melarang perusahaan-perusahaan di dalamnya membeli suku cadang dan komponen dari perusahaan AS.

Keputusan pemerintah AS ini sebagian disebabkan oleh meningkatnya perang dagang antara AS dan China. Namun, hal ini juga terkait dengan kekhawatiran lama mengenai tuduhan mata-mata oleh Huawei dan ancaman keamanan nasional lainnya.

Pada 17 Agustus 2020, Departemen Perdagangan secara mengejutkan mengumumkan pembatasan baru terhadap kemampuan Huawei untuk membeli chip semikonduktor—sirkuit elektronik yang menyimpan data komputer. Langkah ini melarang semua perusahaan menjual chip apa pun yang dibuat dengan teknologi AS kepada Huawei.

Bukan cuma AS, pada Juni 2023 Pemerintah Belanda menerbitkan peraturan baru mengenai pengendalian ekspor peralatan semikonduktor. Seperti yang diumumkan sebelumnya pada Maret, kontrol ekspor baru berfokus pada teknologi manufaktur chip yang canggih, termasuk sistem litografi deposisi dan imersi yang paling canggih.

Terkait peraturan itu, pengembang sistem fotolitografi Belanda ASML mengajukan permohonan izin ekspor kepada pemerintah Belanda untuk semua pengiriman sistem litografi DUV (deep ultaviolet) imersi paling canggih (TWINSCAN NXT:2000i dan sistem imersi berikutnya).

ASML pun melalui pengumuman resmi menyatakan bahwa penjualan sistem EUV (extreme ultraviolet) ASML telah dibatasi. ASML akan terus mematuhi peraturan ekspor yang berlaku, termasuk peraturan Belanda, UE, dan AS.

Itulah latar belakang kenapa chip Kirin 9000s pada perangkat Huawei Mate 60 Pro kemudian diselidiki oleh AS, selain banyak cerita lain dari dampak eskalasi "perang teknologi" AS vs China yang kental dengan motivasi politik.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement