Selasa 12 Sep 2023 06:38 WIB

Orang Indonesia Hobi Internetan, Ini Peluang Menarik yang tak Disadari

Ada lebih dari 200 juta pengguna internet seluler tahun 2022 di Indonesia.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Natalia Endah Hapsari
Masyarakat Indonesia menghabiskan lebih dari 5 jam per hari  dalam mengonsumsi konten, berkomunikasi serta melakukan transaksi secara daring./ilustrasi
Foto: Dok. Universitas BSI
Masyarakat Indonesia menghabiskan lebih dari 5 jam per hari dalam mengonsumsi konten, berkomunikasi serta melakukan transaksi secara daring./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA ---Jika ada yang mengatakan, orang Indonesia gemar berselancar di dunia maya tampaknya hal itu benar adanya. Saat ini ada lebih dari 200 juta pengguna internet seluler tahun 2022 yang tercatat di Indonesia. Dari catatan itu, masyarakat Indonesia telah menghabiskan lebih dari 5 jam per hari dalam mengonsumsi konten, berkomunikasi, serta melakukan transaksi secara daring. 

Tren ini diperkirakan akan terus berkembang seiring dengan jumlah kenaikan pengguna internet yang diperkirakan akan mencapai 265 juta pengguna pada tahun 2028.

Baca Juga

Dalam lanskap digital yang terus berkembang, Android dan Google Play menawarkan platform yang terintegrasi, hemat biaya, mempunyai sistem pengembangan aplikasi yang sederhana, pengelolaan dengan waktu yang singkat serta menyediakan struktur pembayaran yang fleksibel. 

Studi terbaru mengungkapkan sistem operasi dan platform distribusi aplikasi Android dan Google Play mendorong fenomena app economy atau perekonomian berbasis aplikasi di Indonesia. 

Menurut laporan yang diterbitkan oleh Access Partnership berjudul "Accelerating the app economy in Indonesia: Android and Google Play’s impact in Indonesia," kehadiran Android meningkatkan keragaman dan inovasi industri, menurunkan harga ponsel, dan memperluas pilihan konsumen. 

Dalam ekspansi ini, peran Google sangat penting karena membantu perkembangan Indonesia dalam menjangkau audiens global dan menawarkan rata-rata 23 aplikasi baru yang dapat diunduh setiap harinya. Keamanan pengguna juga tetap terjaga dalam perlindungan Google Play yang telah memindai 125 miliar aplikasi untuk menjaga keamanan pengguna internet. 

“Keterjangkauan dan aksesibilitas yang lebih baik ini telah menyebabkan 97 juta lebih masyarakat Indonesia dapat mengaksesiInternet melalui ponsel. Akibatnya, ini menghasilkan kontribusi sebesar Rp 653 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama 5 tahun terakhir dibandingkan jika Android tidak ada di pasar," kata Direktur Access Partnership, Abhineet Kaul, Senin (11/9/2023).

Berdasarkan laporan, pengguna Android menyukai aksesibilitas, kemampuan beradaptasi, dan pengalaman pengguna ekosistem Android secara keseluruhan. Walaupun tidak memakai smartphone dengan sistem Android, pengguna lain tetap menggunakan aplikasi Google yang telah terpasang pada perangkat mereka. 

Hal ini didukung dengan data yang menunjukan 97 persen pengguna akan senang hati mengunduh aplikasi Google jika aplikasi tersebut tidak terpasang di perangkat ponsel mereka.

Selain itu, ekosistem terbuka seluler yang diciptakan oleh Google Play dan Android telah menciptakan lapangan kerja di sektor aplikasi dan pekerja lepas di Indonesia. "Ini mendukung sekitar 162 ribu pekerjaan, termasuk pekerjaan langsung, tidak langsung, dan pekerjaan tambahan," ucapnya.

Meskipun industri aplikasi yang sedang berkembang di Indonesia menawarkan potensi inovasi dan kemakmuran yang luar biasa, industri ini juga menghadapi hambatan besar yang memerlukan perhatian.

Studi juga menyoroti beberapa tantangan utama termasuk aksesibilitas digital, terbatasnya adopsi digital di kalangan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), dan kurangnya pekerja terampil di bidang teknologi. 

Selain itu, 80 persen penduduk Indonesia masih kekurangan akses internet yang dapat diandalkan. Kesenjangan yang krusial ini memerlukan investasi besar dalam infrastruktur yang dapat menghubungkan wilayah-wilayah yang paling terpencil sekalipun.

Digital Indonesian Roadmap 2021-2024 telah membahas beberapa arah strategis, mulai dari investasi pengembangan infrastruktur digital yang inklusif, aman, dan ekspansi.

UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, hanya 32 persen yang menggunakan alat digital sehingga telah tertinggal dari tren global. 

"Memfasilitasi adopsi digital di kalangan UMKM melalui hibah yang ditargetkan dan program pelatihan yang komprehensif dapat mendorong pertumbuhan dan ketahanan ekonomi. Bisa belajar dari keberhasilan inisiatif di Korea dan Malaysia dengan memfasilitasi sektor ini melalui hibah dan investasi, program pelatihan komprehensif dapat memiliki potensi sangat besar," ucapnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement