Ahad 10 Sep 2023 16:11 WIB

Pakai Water Mist untuk Tangkal Polusi Udara, Efektifkah?

Teknik menekan polusi ini pernah diterapkan di banyak kota besar dunia dan negara.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Kegiatan penyemprotan air di jalan untuk menekan polusi udara. Saat ini Pemprov DKI berencana menyemprotkan water mist dari atas gedung untuk menekan polusi/ilustrasi
Foto: HO/BPBD Kota Tangerang
Kegiatan penyemprotan air di jalan untuk menekan polusi udara. Saat ini Pemprov DKI berencana menyemprotkan water mist dari atas gedung untuk menekan polusi/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Menyemprotkan water mist atau kabut air ke udara merupakan teknik menekan polusi yang pernah diterapkan di banyak kota dan negara. Belum lama ini, teknik serupa juga diterapkan di Jakarta untuk menekan tingkat polusi udara yang semakin mengkhawatirkan. Apakah teknik ini efektif?

Menyemprotkan kabut air untuk menekan polusi udara merupakan ide yang dicetuskan oleh ilmuwan dari Zhejiang University di Cina dan North Carolina State University di Amerika Serikat, Shaocai Yu. Dia menuangkan ide ini melalui sebuah artikel yang dipublikasikan dalam jurnal Environmental Chemistry Letters dari Springer.

Baca Juga

"Yu menyarankan metode ini sebagai sebuah cara baru untuk membantu mengurangi polusi udara parah dan kabut asap tebal yang terjadi di banyak kota di Cina, serta kota-kota lain di dunia," ungkap Springer melalui laman resminya, seperti dilansir Republika pada Ahad (10/9/2023).

Menurut Yu, penyemprotan kabut air ke udara dapat menstimulasi jenis pengendapan alami yang secara efektif dapat memerangkap dan menghilangkan polutan aerosol dan gas dari udara. Yu mengungkapkan agen kimia bisa ditambahkan ke dalam kabut air yang disemprotkan, namun Yu tak merekomendasikan hal tersebut agar proses pengendapan dapat terjadi sealami mungkin, sekaligus menghindari efek samping yang mungkin membahayakan lingkungan.

"Saya menemukan bahwa metode penyemprotan air itu bisa menurunkan polusi PM2.5 di udara dengan sangat efektif hingga 35 mikrogram m-3 level dalam waktu yang sangat singkat, mulai dari beberapa menit hingga beberapa jam atau hari,'' kata Yu, seperti dilansir Research Gate.

Yu merekomendasikan agar pendekatan geoengineering ini dilakukan setelah evaluasi yang matang dilakukan untuk menentukan area penyemprotan. Karena hanya menggunakan air, Yu mengungkapkan bahwa metode penyemprotan kabut air aman bagi lingkungan, bisa diterapkan secara luas dengan biaya yang rendah, dan tak memiliki efek samping.

"Bila Anda bisa menghabiskan setengah jam menyiram taman Anda, Anda juga bisa menghabiskan 30 menit menyiram udara sekitar Anda untuk menjaga udara tetap bersih dengan teknik ini," jelas Yu.

Metode menyemprotkan teknologi water mist untuk menekan polusi udara telah diterapkan di sejumlah negara sebelumnya. Sebagian negara di antaranya adalah Cina, India, dan Thailand. Di berbagai negara ini, penyemprotan kabut air dilakukan dengan beragam cara.

Di Thailand misalnya, penyemprotan semacam ini dilakukan dengan menggunakan bantuan drone/ Sedangkan di Cina dan India, penyemprotan kabut air dilakukan dengan menggunakan anti smog gun (ASG) yang dipasang pada truk.

 

Apakah Efektif?

Di Thailand, penyemprotan kabut air menggunakan drone tampak berhasil menurunkan konsentrasi PM2.5 hingga 10 mikrogram per meter kubik. Seperti dilansir Quartz, efek penurunan ini didapatkan setelah drone melakukan penyemprotan itu selama kurang dari satu jam.

Di sisi lain, sejumlah ahli menilai bahwa metode penyemprotan kabut air untuk menekan polusi udara bisa berpotensi memicu pemborosan air bila dilakukan tanpa kalkulasi yang matang. Bahkan, tekanan penyemprotan kabur air yang kurang tinggi bisa memberikan dampak negatif terhadap kualitas udara.

Menurut pakar sekaligus peneliti polusi udara terkemuka di dunia, Prof Mukesh Khare, water mist harus disemprotkan dengan tekanan yang tinggi bila ingin menekan polusi udara secara lokal. Penyemprotan kabut air juga sebaiknya menyasar area yang berdebu tinggi agar lebih efisien dan hemat air.

Direktur eksekutif Centre for Science and Environment, Anumita Roy Chowdhury, juga mengingatkan bahwa belum ada studi yang dilakukan untuk menakar efektivitas penyemprotan kabut air dalam menekan polusi udara. Belum diketahui pula seberapa lama metode ini bisa bekerja dengan baik.

"Penyemprotan air perlu dilakukan di area-area berdebu. Tetapi, hal pertama yang kita perlukan adalah menemukan solusi sistemik terhadap masalah (polusi udara)," ujar Chowdhury, seperti dilansir Times of India.

Chowdhury juga menyoroti pentingnya memilih area penyemprotan kabut air yang tepat. Alasannya, penyemprotan yang dilakukan di semua area hanya akan menyebabkan pemborosan air.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement