REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Maskapai penerbangan Amerika Serikat, United Airlines, menghentikan semua jadwal penerbangan nasionalnya selama satu jam di AS pada Selasa (5/9/2023) waktu setempat. Penyebabnya adalah kendala pada pembaruan perangkat lunak perusahaan.
Dalam istilah penerbangan, itu disebut ground stop, yakni tindakan pengendalian lalu lintas udara yang memperlambat atau menghentikan aliran pesawat yang masuk ke bandara tertentu. Dalam kasus ini, ground stop atau penghentian keberangkatan pesawat United Airlines dilakukan di seluruh wilayah AS.
Ground stop juga dapat terjadi akibat cuaca, misalnya terjadi badai petir, pencegahan risiko bahaya pergeseran angin, hujan es, atau kondisi terkait cuaca lainnya. Sering kali, ground stop disertai dengan perintah untuk mengalihkan penerbangan ke kota lain.
Penerbangan yang belum berangkat dari bandara asal biasanya akan ditunda atau dibatalkan. Jika terjadi ground stop, maskapai penerbangan wajib mengelola pesawatnya di semua bandara untuk meminimalisasi dampak terhadap penumpang yang terkena ground stop.
Dikutip dari laman Engadget, Kamis (7/9/2023), semula hanya diketahui bahwa kondisi United Airlines dipicu oleh "masalah komputer". Belakangan, diketahui bahwa keberangkatan pesawat dihentikan sementara karena pembaruan perangkat lunak menyebabkan perlambatan dalam sistem teknologi maskapai.
Administrasi Penerbangan Federal (FAA) juga mengonfirmasi bahwa United Airlines meminta pihaknya menghentikan sementara keberangkatan maskapai secara nasional. Namun, satu jam kemudian, ground stop berakhir dan semua pesawat di bawah naungan maskapai itu kembali beroperasi.
Setelah kendala pembaruan perangkat lunak terselesaikan dan ground stop dicabut, perusahaan melanjutkan penerbangan seperti biasa. Kru juga meminta maaf kepada pelanggan yang perjalanannya terganggu karena masalah tersebut.
Masalah serupa dilaporkan terjadi di Inggris pekan lalu, namun karena penyebab berbeda. Di Inggris, kesalahan kontrol lalu lintas udara menyebabkan pembatalan seperlima keberangkatan di Inggris dan pembatalan 27 persen penerbangan yang dijadwalkan tiba di negara tersebut.