REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Spamouflage adalah istilah yang digunakan oleh para peneliti untuk menggambarkan kampanye disinformasi daring dan propaganda lainnya yang berbasis di Cina. Menurut pihak Meta, jumlah profil yang terkait dengan Jaringan “Spamouflage” dan telah dihapus dari platformnya berjumlah 7.704 akun Facebook.
Selain lebih dari 7.700 akun Facebook tersebut, Meta juga menghapus 954 Facebook Pages, 15 Facebook Groups, dan 15 akun Instagram yang menjadi bagian dari operasi tersebut. Perusahaan merinci tindakannya dalam laporan Q2 Quarterly Adversarial Threat, yang dirilis pada Selasa (29/8/2023).
Ada beberapa hal menarik dari laporan tentang jaringan ini. Pertama, menurut Meta, mereka yakin kampanye Spamouflage ini telah berjalan sekitar lima tahun dan hingga saat ini secara luas tidak terdeteksi oleh platform tersebut.
Dilansir Mashable SE Asia, Rabu (30/8/2023), Meta menyebutkan bahwa pihaknya menemukan koneksi antara jaringan dan kelompok lain, yang sebelumnya telah dihapus dari platform. Lebih lanjut, menurut Meta, perusahaan tersebut menemukan hubungan antara kampanye Spamouflage dan “individu yang terkait dengan penegakan hukum Cina”.
Sayangnya, Meta tidak menguraikan tautan tersebut lebih lanjut dalam laporan ini.
Secara total, jaringan ini mengumpulkan sekitar 560.000 pengikut. Namun, Meta mengatakan bahwa sebagian besar pengikutnya tampaknya merupakan akun palsu atau tidak autentik yang kemungkinan besar dibeli dari “operator spam”. Konten yang diunggahg oleh jaringan tidak menerima keterlibatan substansial menurut laporan tersebut.
Meta juga menyampaikan bahwa jaringan tersebut telah menghabiskan total sekitar 3.500 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 53,3 juta untuk kampanye iklan di Facebook.
Kampanye Spamouflage khusus ini juga melampaui platform Meta. Laporan tersebut merinci akun-akun yang merupakan bagian dari jaringan di YouTube, tIKtok, Reddit, Pinterest, Medium, Quora, Blogspot, Vimeo, LiveJournal, Tumblr, dan X, platform yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.
Meta secara teratur membagikan temuannya tentang penghapusan jaringan akun utama yang tidak autentik di seluruh platformnya. September lalu, laporan ini merinci hal pertama, yaitu Jaringan berbasis di Cina yang menargetkan politik dalam negeri AS. Jaringan terbaru ini juga terus membagikan konten serupa, mulai dari topik seperti Covid-19 dan pemboman saluran pipa Nord Stream.