Direktur RGCB Profesor Chandrabhas Narayana mengatakan para peneliti telah melakukan upaya untuk memahami alasan demam berdarah terkadang menjadi serius. Tetapi, bahkan setelah penelitian selama beberapa dekade, masih belum ada vaksin atau antivirus yang efektif untuk mengendalikan atau mencegah penyakit ini kambuh lagi.
"Studi ini mempunyai implikasi besar dalam memprediksi tingkat keparahan wabah demam berdarah," kata Narayana.
Penelitian dilakukan pada model tikus, di mana strain virulen yang diperoleh dari pertumbuhan suhu yang lebih tinggi. Ini menyebabkan peningkatan keberadaan virus dalam darah, perdarahan, dan perubahan jaringan yang parah pada organ vital seperti jantung, hati, dan ginjal, yaitu ciri khas penyakit ini, dan bahkan kematian.
Demam berdarah adalah infeksi virus yang disebabkan oleh DenV dan ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Secara global, kejadian demam berdarah terus meningkat selama bertahun-tahun, seiring dengan peningkatan keparahan penyakit dan kematian.
Pada sebagian besar pasien, demam berdarah ringan dan dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, untuk sebagian pasien lainnya, penyakit ini menyebabkan trombositopenia yang mengancam jiwa atau jumlah trombosit yang sangat rendah dalam darah, dan sindrom syok.