Senin 28 Aug 2023 05:59 WIB

NASA Kembangkan Pesawat Supersonik, Dua Kali Lebih Cepat dari Concorde

Pesawat super cepat ini masih dalam tahap awal penelitian eksplorasi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
NASA sedang melakukan penelitian untuk membuat pesawat supercepat yang mengalahkan kecepatan pesawat Concorde/ilustrasi
Foto: concordest.com
NASA sedang melakukan penelitian untuk membuat pesawat supercepat yang mengalahkan kecepatan pesawat Concorde/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Di tengah meningkatnya mobilitas masyarakat dunia, kebutuhan akan penerbangan cepat juga semakin besar. Saat ini, pesawat-pesawat besar bisa terbang dengan kecepatan hingga 600 mph (sekitar 965 km per jam), atau sekitar 80 persen dari kecepatan cahaya. Mungkinkah pesawat komersial yang lebih cepat bisa dihadirkan?

Menurut studi terbaru yang dilakukan oleh Badan Antariksa dan Penerbangan AS (NASA), hal tersebut mungkin terjadi. Bila mengacu pada studi ini, secara teori pesawat penumpang supersonik bisa melaju dengan kecepatan antara Mach 2 hingga Mach 4, atau sekitar 1.535-3.045 mil per jam (2.470-4.900 km per jam). Kecepatan ini dua kali lebih tinggi bila dibandingkan dengan kecepatan tertinggi dari pesawat supersonik F/A-18.

Baca Juga

Kecepatan tersebut juga lebih tinggi bila dibandingkan dengan pesawat jet supersonik Concorde yang telah pensiun sejak 2003. Pesawat jet ini bisa melakukan penerbangan dengan kecepatan maksimal Mach 2.04 atau sekitar 1.354 mil per jam (2.179 km per jam).

Sebagai gambaran, pada 7 Februari 1996 Concorde bisa membawa penumpang dari New York ke London dalam waktu dua jam, 52 menit, dan 59 detik. Sedangkan pesawat besar standar saat ini akan membutuhkan waktu sekitar lima jam atau lebih untuk menempuh jarak yang sama. Di sisi lain, pesawat dengan kecepatan Mach 2 hingga Mach 4 bisa menempuh jarak yang sama dalam waktu sekitar 1,5 jam.

Akan tetapi, pesawat super cepat ini masih dalam tahap awal penelitian eksplorasi. Seperti dilansir Mail Online, Senin (28/8/2023), NASA belum memasuki tahap pengembangan pesawat dengan kecepatan yang sangat tinggi tersebut.

Meski begitu, Advanced Air Vehicles Program (AAVP) dari NASA sudah melanjutkan penelitian mereka terkait pesawat berkecepatan tinggi ke tahap berikutnya. Di tahap ini, NASA turut menjalin dua kontrak selama 12 bulan dengan perusahaan-perusahaan seperti Boeing dan Rolls-Royce, untuk mengembangkan konsep desain dan pemetaan teknologi.

Peta tersebut akan mengeksplorasi peluang perjalanan pesawat super cepat. Selain itu, peta ini juga akan menyoroti beragam risiko dan tantangan, hingga mengidentifikasi beragam teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan pesawat komersil super cepat dengan kecepatan Mach 2 atau lebih di dunia nyata.

Elemen-elemen pemetaan ini akan dikembangkan oleh dua tim berbeda. Tim pertama akan dipimpin oleh Boeing dan dilakukan bersama dengan sejumlah rekanan seperti Exosonic, GE Aerospace, Georgia Tech Aerospace Systems Design Laboratory, Rolls-Royce North American Technologies, dan lainnya.

Sedangkan tim kedua akan dipimpin oleh Northrop Grumman Aeronautics System. Kelompok ini akan didukung oleh rekanan seperti Blue Ridge Research and Consulting, Boom Supersonic, serta Rolls-Royce North American Technologies.

Berdasarkan analisis sejauh ini, NASA menemukan ada sekitar 50 rute penerbangan yang berpotensi menjadi pasar pesawat super cepat komersil. Rute-rute ini umumnya menghubungkan beragam kota dan berfokus pada penerbangan lintas samudera.

Melalui misinya yang lain, yaitu Quesst, NASA juga telah mengembangkan pesawat supersonik senyap bernama X-59. Pesawat jet ini mampu melaju kencang dengan kecepatan Mach 1.4 atau sekitar 925 mph (1.488,64 km per jam). Pesawat ini dijadwalkan akan menjalani tes penerbangan pertamanya pada penghujung 2023.

"NASA masih berada pada tahap awal penelitian eksplorasi dan (NASA) bukan membuat pesawat (supersonik)," ujar juru bicara NASA, Rob Margetta, seperti dilansir Mail Online.

Terlepas dari beragam potensinya, sejumlah negara termasuk Amerika Serikat melarang penerbangan supersonik yang melintasi daratan. Alasannya, penerbangan supersonik bisa menimbulkan polusi suara bagi penduduk daratan yang dilewati oleh pesawat supersonik. Selain itu, pesawat supersonik juga berpotensi memunculkan beberapa masalah lain, termasuk masalah lingkungan seperti emisi di dataran tinggi.

Terkait hal ini, Manager Hypersonic Technology Project dari NASA, Mary Jo Long-Davis, turut angkat bicara. Long-Davis mengungkapkan bahwa pihak NASA menyadari perlunya pengembangan teknologi yang mempertimbangkan faktor keamanan, efisiensi, ekonomi, dan sosial.

"Penting untuk berinovasi secara bertanggung jawab sehingga kami bisa mengembalikan manfaatnya kepada para traveler dan tidak membahayakan lingkungan," ungkap Long-Davis. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement