Rabu 23 Aug 2023 13:22 WIB

Terus Mencair, Salju Abadi di Puncak Jaya Bisa Punah, Apa Dampaknya Bagi Kehidupan?

Luasan area salju abadi telah menyusut dalam beberapa dekade terakhir.

Warga beraktivitas di dekat rumah adat honai di Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Salju abadi di Puncak Jaya terus mencair.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Warga beraktivitas di dekat rumah adat honai di Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Salju abadi di Puncak Jaya terus mencair.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut, kondisi salju abadi di Puncak Jaya, Papua, semakin mengkhawatirkan. Salju yang menyelimuti gunung tersebut terus mengalami pencairan akibat dampak perubahan iklim.  

Menurut Dwikorita, fenomena El Nino yang terjadi tahun ini berpotensi turut mempercepat kepunahan tutupan es di Puncak Jaya tersebut. Realitas ini memiliki dampak besar bagi berbagai aspek kehidupan di wilayah tersebut.  

Baca Juga

"Ekosistem yang ada di sekitar salju abadi menjadi rentan dan terancam," ujar Dwikorita dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Rabu (23/8/2023).

Perubahan iklim, Dwikorita melanjutkan, juga berdampak pada kehidupan masyarakat adat setempat yang telah lama bergantung pada keseimbangan lingkungan dan sumber daya alam di wilayah tersebut.  Dalam seminar bertajuk "Salju Abadi Menjelang Kepunahan: Dampak Perubahan Iklim?" di Jakarta, Selasa (22/8/2023), Dwikorita menjelaskan, Indonesia menjadi salah satu lokasi unik di wilayah tropis karena memiliki salju abadi.

Salju abadi di Puncak Jaya, menurut Dwikorita, adalah sebuah keajaiban alam yang menarik banyak perhatian dari kalangan ilmuwan, peneliti, serta pencinta alam. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, dilaporkan terjadi penurunan drastis luas area salju abadi tersebut.

Dwikorita mengatakan bahwa sejak tahun 2010, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) BMKG bersama Ohio State University, AS, telah melakukan studi terkait analisis paleo-klimatologi berdasarkan inti es (ice core) pada gletser Puncak Jaya. BMKG dengan didukung PT Freeport Indonesia kemudian terus melakukan kegiatan pemantauan secara berkala terhadap luas dan tebal gletser di Puncak Jaya.  

Hasilnya, sejak pengamatan dilakukan sampai saat ini, tutupan es di Puncak Jaya mengalami pencairan dan menuju kepunahan. Pada 2010, tebal es diperkirakan mencapai 32 meter dan laju penipisan es sebesar satu meter per tahun terjadi pada tahun 2010-2015. Kemudian saat terjadi El Nino kuat pada 2015-2016, penipisan es pun mencapai lima meter per tahun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement