REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kecerdasan intelektual sering kali dikaitkan dengan kemahiran di bidang matematika dan sains. Padahal, kecerdasan intelektual bisa tecermin melalui bidang yang sangat luas.
Oleh karena itu, Mensa sebagai komunitas internasional yang menaungi individu dengan kemampuan intelektualitas luar biasa atau IQ di atas rata-rata, berkomitmen untuk menjadi wadah yang dapat merangkul dan mempromosikan keragaman kecerdasan masyarakat Indonesia.
"Dalam era yang terus berkembang ini, kita tidak dapat lagi mengukur kecerdasan hanya dengan parameter konvensional seperti dengan kecerdasan matematika," kata Chairman Mensa Indonesia, Satriadi Gunawan, di Jakarta.
Oleh karena itu, Mensa Indonesia hadir dengan semangat menghapus batasan-batasan tersebut. Satriadi mengungkapkan bahwa Mensa Indonesia akan menyambut individu dari berbagai lapisan masyarakat, tak hanya yang mahir dalam matematika atau ilmu pengetahuan, tetapi juga mereka yang memiliki bentuk kecerdasan unik lainnya.
"Tujuan kami adalah membentuk mozaik kecerdasan yang beragam dan melintasi berbagai bidang pengetahuan," kata Satriadi menambahkan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Director of Strategic Partnership Mensa Indonesia Budi Handoko. Budi menambahkan, kecerdasan memiliki kategori yang luas, tidak hanya terbatas pada bidang akademik, tetapi juga bidang-bidang lain, seperti musik hingga olahraga. Keragaman ini turut tecermin pada beragamnya individu yang tergabung sebagai anggota Mensa, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
"Kita ada atlet Indonesia yang menjadi anggota Mensa Indonesia, atlet skating. Ada musisi juga. Di luar negeri pun banyak. Bahkan, pengemudi truk juga ada," kata Budi.
Saat ini, syarat utama untuk menjadi anggota Mensa adalah memiliki IQ dengan skor dua persen teratas. Artinya, individu tersebut harus memiliki skor IQ sebesar 132 atau lebih dalam tes Stanford-Binet.
Akan tetapi, Mensa Indonesia akan menghadirkan program baru yang lebih inklusif. Program baru ini nantinya bisa diikuti oleh masyarakat Indonesia, meski belum termasuk dalam level kecerdasan dua persen teratas.
Melalui program baru ini, lanjut Budi, Mensa Indonesia akan mengadakan pelatihan untuk memperkenalkan cara berpikir atau pola pikir yang berbeda dan mengembangkan logika. Ragam pelatihan ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk meningkatkan kecerdasan mereka.
"Kita ingin memberikan suatu pemerataan, memberikan suatu kesempatan untuk belajar, itu adalah program yang akan kita jalankan dengan Kemenpora nantinya," ujar Budi.