Ahad 20 Aug 2023 06:03 WIB

Waspadalah, Ini 5 Modus Rekayasa Penipuan Online

Setidaknya ada lima modus rekayasa sosial yang kerap ditemui di dunia maya.

Sejalan dengan tingginya aktivitas di ruang digital, semakin besar juga bahaya yang mengintai pengguna internet, misalnya penipuan online./ilustrasi
Foto: Unsplash
Sejalan dengan tingginya aktivitas di ruang digital, semakin besar juga bahaya yang mengintai pengguna internet, misalnya penipuan online./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Sejalan dengan tingginya aktivitas di ruang digital, semakin besar juga bahaya yang mengintai pengguna internet, misalnya penipuan online.

Perusahaan siber Kaspersky melihat social engineering (rekayasa sosial) masih menjadi metode yang paling sering digunakan untuk mengecoh korban, baik dari cara klasik seperti mengaku perwakilan dari sebuah perusahaan maupun cara terbaru misalnya membajak percakapan.

Baca Juga

Dalam siaran pers, Kaspersky mengungkap setidaknya ada lima modus rekayasa sosial yang kerap ditemui di dunia maya.

1. Mengaku staf teknis

Cara klasik rekayasa sosial yang masih sering dijumpai adalah panggilan telepon dari seseorang yang mengaku sebagai staf teknis perusahaan. Pelaku menghubungi korban saat akhir pekan dan meminta korban segera datang ke kantor karena mendapati ada aktivitas aneh dari komputer.

Pada modus rekayasa sosial itu, korban mungkin enggan datang ke kantor karena sedang libur. Oleh karena itu, peretas akan menawarkan dukungan teknis palsu untuk menyelesaikan masalah dengan meminta data-data untuk masuk ke sistem perusahaan.

 

2. Konfirmasi sederhana

Sebuah kasus peretasan yang menimpa layanan transportasi online di luar negeri bermula dari pesan spam berisi konfirmasi sederhana. Pada kasus itu, peretas yang mengaku sebagai staf dukungan teknis mengirim pesan permintaan autentikasi kepada kontraktor.

Dengan cara itu, peretas yang berusia 18 tahun mendapatkan autentikasi login dikombinasikan dengan sejumlah informasi login yang didapatkan dari situs gelap. Peretas mengantongi sejumlah informasi sensitif dari pembobolan itu.

 

3. Email dari CEO

Cara klasik lainnya, peretas mengaku sebagai CEO, manajer atau mitra bisnis dan mengirim pesan penting supaya korban segera mengirimkan sejumlah uang ke rekening yang sudah ditentukan. Jika penjahat siber tertarik untuk membobol perusahaan, dia bisa saja mengirimkan lampiran yang sebenarnya berisi malware berbahaya.

 

4. Pembajakan percakapan

Salah satu serangan email, yaitu kompromi email bisnis (BEC), melibatkan orang-orang yang berpengalaman di perusahaan untuk meyakinkan korban mengikuti apa yang diinginkan penjahat siber. Cara itu juga dikenal sebagai pembajakan percakapan, penyerang menyamar sebagai karyawan dan masuk ke dalam korespondensi bisnis untuk mendapatkan rasa percaya dari karyawan lain.

Dengan menyamar sebagai karyawan, penjahat siber bisa mendapatkan email asli dan membuat domain yang mirip. Skenario yang dilancarkan bervariasi, termasuk mengirim phishing atau malware. Peretas biasanya membajak percakapan yang berhubungan langsung dengan uang, lalu memasukkan detail perbankan mereka pada saat yang tepat.

 

5. Mengaku dari pihak berwajib

Kaspersky menemukan rekayasa sosial itu pada 2022, yaitu peretas membuat permintaan data resmi dengan mengaku sebagai pihak berwajib di Amerika Serikat. Dengan cara itu, peretas bisa mendapatkan data yang terpercaya dan menggunakannya untuk serangan lebih lanjut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement