REPUBLIKA.CO.ID, SOLO---Di era digital saat ini, boleh dibilang seluruh lini kehidupan manusia dilakukan lewat sentuhan teknologi. Sayangnya, hal ini belum sepenuhnya diterapkan oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Tanah Air.
Dari survei Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia (Kemenkop UKM) tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya 20 persen UMKM Indonesia yang telah mengadopsi teknologi digital. Survei yang sama mengungkapkan beberapa kendala utama yang dihadapi UMKM dalam mengadopsi teknologi digital adalah akses terbatas ke teknologi (40 persen), kurangnya pemahaman tentang manfaat digitalisasi (30 persen), dan keterbatasan sumber daya (30 persen).
“Kita dapat mengamati pentingnya literasi digital dalam bisnis rantai pasok sektor UMKM. Terlepas dari skala usaha, semakin banyak UMKM yang beralih ke platform digital maka semakin luas jangkauan pasar, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan interaksi dengan pemangku kepentingan bisnis,'' ujar Dr Sutanto Sastraredja, Ketua Komite Ekonomi Kreatif Surakarta di ajang diskusi bertajuk "Transformasi Digital UMKM Indonesia: Menghadapi Tantangan dan Menggapai Peluang Bertumbuh dalam Ekosistem Digital B2B Inklusif'' dalam siaran pers yang diterima Republika, Senin (14/8/2023).
Meski begitu, Sutanto mengaku ada tantangan untuk mengadopsi teknologi digital di kalangan UMKM. “Dalam rantai pasok, pelaku bisnis ini masih banyak yang tidak terbuka dengan teknologi. Hal ini merupakan masalah sosial yang terjadi saat ini, khususnya terkait penerimaan terhadap digitalisasi,” kata dia.
Sedangkan Respati Ardi, Ketua Umum HIPMI Surakarta, menjelaskan target HIPMI Surakarta dalam memfasilitasi kolaborasi industri dan pemerintah dalam membangun ekosistem digital B2B yang inklusif. “HIPMI Solo yang sekarang ini ingin memperluas akses UMKM ke teknologi digital guna mengatasi hambatan yang umumnya ditemui wirausahawan muda dan mempromosikan pertumbuhan ekonomi lokal Solo,” ungkapnya.
Istilah B2B sendiri adalah transaksi antara sesama pelaku bisnis.
Yuanita Agata, SVP Marketing & Corporate Affairs GudangAda mengungkapkan, sudah saatnya pebisnis UMKM untuk bangkit dan maju bersama dalam ekosistem digital yang inklusif. “Semangat inovatif GudangAda terus mendorong pembangunan ekosistem B2B digital serta mendukung transformasi digital dan pertumbuhan bisnis rantai pasok, terutama bagi pebisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Solo dan Indonesia,” ujarnya.
Ekosistem digital B2B memiliki peran strategis dalam memperluas peluang pasar dan membangun kemitraan bisnis bagi segenap stakeholder bisnis rantai pasok, terutama pebisnis UMKM.
Untuk memudahkan para pelaku usaha, Yuanita Agata menjelaskan, melalui aplikasi GudangAda, UMKM dapat dengan mudah masuk ke jejaring digital rantai pasok yang telah dibangun GudangAda sehingga mempermudah pebisnis UMKM saat membeli dan menjual barang secara grosir.
"GudangAda memiliki sejarah panjang sebagai ekosistem layanan bisnis B2B terintegrasi di Indonesia. Saat ini GudangAda telah bermitra dengan lebih dari 1 juta pedagang tradisional, kami berkomitmen mempercepat transformasi digital UMKM lokal agar dapat tumbuh bersama melalui platform kami. Sejak awal, kami telah fokus pada membantu pebisnis UMKM dan prinsipal untuk meraih keunggulan dalam ekosistem digital dengan memberikan solusi bisnis terintegrasi mulai dari pencarian produk, pengelolaan transaksi, hingga dukungan kredit modal,” ujar dia.
Ia juga menekankan bahwa untuk meningkatkan skala bisnis UMKM Indonesia diperlukan adopsi strategi digital yang lebih baik lagi. “Kami sangat mengapresiasi diadakannya hari UMKM 2023 di Solo tahun ini, kami akan terus mendukung komitmennya Pemerintah Indonesia khususnya terkait target melakukan onboard lebih dari 30 juta UMKM di 2024 dan memastikan mereka bertumbuh di dalam ekosistem kami. GudangAda selalu siap memberikan dukungan dan kami fokus pada pendekatan kolaboratif, memberikan perluasan jaringan pasar baru, pelatihan dan pendampingan bagi UMKM Indonesia dalam mengoptimalkan penggunaan platform kami, serta berinvestasi dalam teknologi untuk menjadikan pengalaman bisnis mereka lebih efisien dan bermanfaat,” kata Yuanita.