REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Chief Operating Regional East Java of Asia Council for Small Business Eko Pamuji mengingatkan bahwa segala kemudahan dalam jual beli daring memiliki dampak negatif, yaitu gaya hidup boros.
Hal itu tidak lepas dari banyaknya e-commerce menawarkan diskon maupun promo yang menggiurkan pembelinya. Apabila hal tersebut tidak dikendalikan, gaya hidup boros kian menggejala, khususnya di kalangan generasi Z
Eko memberikan sejumlah tips agar terhindar dari gaya hidup boros. Caranya adalah dengan mengendalikan diri dalam beraktivitas di internet, fokus pada kebutuhan dan bukan pada keinginan, mengupayakan transaksi dengan uang tunai, serta berinternet untuk hal positif.
“Gen Z yang cerdas adalah generasi yang memiliki rencana dan tujuan keuangan yang jelas. Cek saldo bank secara berkala untuk mengetahui posisi keuangan mutakhir. Kemudian, hindari terjerat utang pada pinjaman online (pinjol), apalagi yang ilegal. Sisihkan uang penghasilan untuk ditabung atau untuk keperluan yang tak disangka-sangka,” ucap Eko dalam keterangan pers, Jumat (11/8/2023).
Di sisi lain, saat berbelanja daring, kita juga diimbau untuk tetap berusaha menjaga keamanan agar tidak mengalami penipuan atau pemalsuan. “Penipuan dan pemalsuan barang merupakan hal yang marak terjadi setiap belanja daring. Permasalahan ini tentunya bukan hanya merugikan konsumen, tetapi juga pemilik hak cipta dan perekonomian negara,” kata Ketua Umum Sobat Cyber Indonesia Virna Lim dalam keterangan pers, Jumat (11/8/2023).
Virna menilai saat ini platform belanja daring semakin beragam, tak hanya di e-commerce, tetapi, juga di media sosial. Untuk itu, diperlukan kehati-hatian agar masyarakat tidak tertipu saat berbelanja.
Virna mengatakan terdapat beberapa tips yang bisa diterapkan masyarakat agar aman saat berbelanja daring, salah satunya dengan mengecek reputasi toko daring. Pastikan konsumen memeriksa testimoni dari pelanggan lain sebelum bertransaksi.
"Toko daring palsu kerap tidak mengaktifkan kolom komentar. Hal ini disengaja untuk menghindari testimoni pelanggan yang tertipu. Jika sebuah akun toko daring berganti nama puluhan kali, hampir dipastikan ia adalah toko palsu," kata Virna.
Desainer dan fotografer Djaka Dwiandi menambahkan bahwa dibutuhkan kehati-hatian dalam bertransaksi secara daring agar tidak tertipu dan menyesal kemudian hari. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan memahami seluruh aspek jual beli secara daring, kemudian, melakukan verifikasi setiap informasi yang bermunculan di internet.
“Ini untuk menghindarkan diri dari risiko transaksi daring, yaitu keamanan data yang buruk, kesalahan pengiriman, kualitas barang tak sesuai pesanan, serta ketidaknyamanan akibat penipuan,” kata Djaka.