REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Di tengah era digital saat ini, boleh jadi muncul pertanyaan apakah kita masih membutuhkan matematika. Rupanya hal tersebut dijawab dengan gamblang oleh Guru Besar dalam Bidang Ilmu Graf dan Kombinatorika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) Prof Dra Kiki Ariyanti Sugeng, MSc, PhD.
"Dalam kehidupan abad 21 yang dikenal dengan era society 5.0 saat ini, manusia sangat bergantung pada jaringan komunikasi. Semua proses kemajuan teknologi informasi ini sangat didukung oleh ilmu matematika," kata Prof Kiki di Kampus UI Depok, Kamis (10/8/2023).
Ia mengatakan, digitalisasi proses, baik dalam bisnis maupun pendidikan, serta hal-hal lain pada organisasi sudah banyak diterapkan pada era society 5.0. Oleh karena itu, perlu diperhatikan pengamanan dokumen digital dalam penyimpanan maupun dalam pengiriman.
Salah satu algoritma pengamanan data yang menggunakan konsep matematika adalah Algoritma RSA (Rivest, Shamir, Addleman). Lebih lanjut ia mengatakan, pengirim memilih dua pasang bilangan prima dan yang cukup besar, dan menggunakan kedua bilangan prima tersebut menjadi suatu bilangan.
Proses mengalikan dan menjadi akan sangat mudah, tetapi memfaktorisasi menjadi dan masih merupakan hal yang sangat sulit dan sampai saat ini belum dapat dipecahkan. Berdasarkan konsep matematika sederhana ini, kriptografi RSA terbukti sangat aman, sejak ditemukan di tahun 1977 dan tetap bisa dipakai sampai saat ini.
Dalam melakukan pengembangan matematika, Prof Kiki mengatakan, biasanya akan dilakukan klasifikasi, yaitu matematika teori dan matematika aplikasi. Pada umumnya, matematika aplikasi dikembangkan berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata yang perlu dicari solusinya sehingga aplikasinya sudah diketahui.
Sedangkan, matematika teori muncul karena keinginan untuk mengetahui struktur dan sifat dari berbagai objek di matematika. Pada dasarnya, mempelajari matematika adalah mengamati pola, sehingga matematika juga kadang disebut sebagai sains dari pola. Dari pola-pola yang diperoleh maka dapat diabstraksi menjadi konsep matematika.
Diagram sederhana yang sekarang disebut sebagai graf, atau jaringan bagi peneliti di sains komputer dan teknik dapat memodelkan berbagai kejadian sehari-hari. Representasi yang paling sederhana adalah graf yang menunjukkan peta jalan di mana titik merepresentasikan kota, dan busur (garis dalam diagram) menyatakan jalan yang menghubungkan kedua kota.
Matematika, termasuk pelabelan graf, tidak hanya mengajarkan hal-hal yang sudah ditemukan di masa lalu, tetapi juga bisa mengajak siswa dan mahasiswa untuk menemukan suatu pola atau hal baru yang belum pernah ditemukan sebelumnya.
Hal ini merupakan inti dari penelitian, yang skalanya bisa untuk tingkat sederhana sampai yang lebih kompleks. ''Konsep baru bisa saja dimulai dari hal yang sederhana. Bergantung kita, apakah penemuan atau pemikiran dan pertanyaan sederhana itu dapat dikembangkan sehingga pengajaran matematika dan kecintaan terhadap matematika perlu dikuatkan. Tanggung jawab ini juga menjadi tanggung jawab bersama, termasuk kita yang menjadi dosen di perguruan tinggi,” kata Prof Kiki.