Kamis 10 Aug 2023 12:35 WIB

AI Pakai Lagu Karya Musisi, Bagaimana Urusan Royalti?

Ancaman terbesar di industri musik adalah AI yang dapat meniru suara penyanyi.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Natalia Endah Hapsari
 Google dan Label Universal Music Group (UMG) sedang dalam pembicaraan melisensikan lagu dan suara artis agar memungkinkan orang secara legal membuat lagu deep fake AI./ilustrasi
Foto: UNM
Google dan Label Universal Music Group (UMG) sedang dalam pembicaraan melisensikan lagu dan suara artis agar memungkinkan orang secara legal membuat lagu deep fake AI./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) tidak hanya menimbulkan kemudahan bagi manusia, tetapi juga kekhawatiran. Salah satu ancaman terbesar di industri musik adalah AI yang dapat meniru suara penyanyi.

Oleh karena itu, label rekaman mencari royalti untuk para penyanyi dari lagu-lagu palsu yang dihasilkan oleh AI. Google dan Label Universal Music Group (UMG) sedang dalam pembicaraan melisensikan lagu dan suara artis agar memungkinkan orang secara legal membuat lagu deep fake AI.

Baca Juga

Langkah ini dilakukan setelah parodi penyanyi Hurt yang muncul menyanyikan lirik Aqua's Barbie Girl menjadi viral. Google dan Universal Music Group (UMG) bertujuan menjalin kemitraan antara kedua perusahaan pada saat AI muncul dengan kemampuan untuk membuat katalog bisnis musik.

Jika pembicaraan berhasil, penggemar akan dapat memilih daftar lagu AI secara sah dengan royalti yang dibayarkan ke label rekaman. Saat ini, ledakan alat AI akses gratis sudah terlihat seperti MidJourney yang menghasilkan video dan alat audio deepfake.

Wakil presiden eksekutif UMG Michael Nash mengatakan kebangkitan AI dapat menjadi malapetaka bagi industri. Menurut dia, AI dapat melemahkan pasar karena membuat kreasi orisinal lebih sulit ditemukan dan melanggar hak hukum seniman atas kompensasi dari karya mereka.

“Perkembangan ini telah menimbulkan kekhawatiran mendalam di industri kami dengan kesamaan yang ditarik antara kebangkitan AI dan berbagi musik tanpa izin lebih dari 20 tahun yang lalu,” ujarnya.

Dilansir The Telegraph, Kamis (10/8/2023), debat publik tentang hiburan deepfake telah memanas tahun ini karena saluran TV arus utama mulai menyiarkan versi bintang yang dihasilkan komputer. Simon Cowell nyaris memenangkan America's Got Talent dengan band AI yang menyertakan Elvis.

Di saat yang bersamaan, serial ITV awal tahun ini menampilkan Idris Elba dan Kim Kardashian bertengkar tentang kehidupan di sebuah flat London selatan. Seniman yang masih hidup tidak senang dengan versi AI dari diri mereka.

Penyanyi Drake menggambarkan lagu-lagu seperti itu sebagai setan setelah suaranya yang merupakan hasil rekayasa komputer tampil dengan band The Weeknd dan berhasil mengumpulkan 20 juta streaming pada bulan April. Kontroversi tersebut mengingatkan kembali pada kebangkitan YouTube milik Google di mana pelanggaran hak cipta oleh pengguna situs menyebabkan perselisihan selama bertahun-tahun dengan industri musik.

Saat ini Google membayar royalti kepada label rekaman sekitar dua miliar dolar AS per tahun sementara versi lagu resmi diizinkan untuk diunggah dalam video pengguna.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement