REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Rusia akan meluncurkan pesawat ruang angkasa untuk pendaratan bulan pertamanya sejak 47 tahun. Ini akan diluncurkan pada Jumat (11/8/2023) pekan ini, berlomba dengan India untuk mencari tahu sumber air potensial di sana, tujuannya untuk mendukung kehadiran manusia di bulan.
Peluncuran dimulai dari kosmodrom Vostochny, 3.450 mil (5.550 km) timur Moskow, berlangsung empat pekan setelah India mengirimkan pendarat bulan Chandrayaan-3, yang akan mendarat di kutub selatan bulan pada 23 Agustus 2023.
Medan yang berat membuat pendaratan di sana sulit, tetapi kutub selatan adalah tujuan yang tepat karena para ilmuwan yakin di sana terdapat es dalam jumlah yang signifikan, yang dapat digunakan untuk mengekstraksi bahan bakar dan oksigen, serta untuk air minum.
Badan antariksa Rusia, Roscosmos, menjawab pertanyaan dari Reuters bahwa pesawat antariksa Luna-25 akan membutuhkan waktu lima hari untuk terbang ke bulan. Kemudian menghabiskan lima hingga tujuh hari di orbit bulan sebelum turun di salah satu dari tiga kemungkinan lokasi pendaratan di dekat kutub selatan.
Roscosmos mengatakan kedua misi tidak akan saling bertentangan karena mereka memiliki area pendaratan yang berbeda. “Tidak ada bahaya karena mereka tidak saling mengganggu atau bertabrakan. Ada cukup ruang untuk semua orang di bulan,” kata mereka dilansir dari Japan Today, Rabu (9/8/2023).
Chandrayaan-3 akan menjalankan eksperimen selama dua pekan, sedangkan Luna-25 akan bekerja di bulan selama satu tahun. Sementara pada April 2023 lalu, ispace Jepang oleh perusahaan luar angkasa swasta, gagal dalam upaya melakukan pendaratan pertamanya di bulan.
Dengan massa 1,8 ton dan membawa peralatan ilmiah seberat 31 kilogram (68 pon), Luna-25 akan menggunakan sekop untuk mengambil sampel batuan dari kedalaman hingga 15 centimeter, untuk menguji keberadaan air beku yang dapat menunjang kehidupan manusia.
“Bulan adalah benua ketujuh Bumi jadi kita 'dikutuk' untuk menjinakkannya,” kata peneliti ruang angkasa di Russian Academy of Science, Lev Zeleny.
Peluncuran yang semula direncanakan pada Oktober 2021 telah ditunda selama hampir dua tahun. European Space Agency telah merencanakan untuk menguji kamera navigasi Pilot-D dengan menghubungkannya ke Luna-25, tetapi memutuskan hubungannya dengan proyek itu setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari 2022 lalu.
Penduduk sebuah desa di timur Rusia akan dievakuasi dari rumah mereka pada pukul 07.30 waktu setempat, di hari Jumat mendatang karena ‘satu dari sejuta kemungkinan’ bahwa roket Luna-25 bisa jatuh ke wilayah sana seandainya gagal meluncur.
Alexei Maslov mengatakan kepada Rusia Business FM bahwa 26 penduduk Shakhtinsky akan dibawa ke tempat di mana mereka dapat menonton peluncuran roket dan mendapatkan sarapan gratis, lalu bisa kembali dalam 3,5 jam.