REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – ASI (air susu ibu) telah lama dikenal karena kandungan nutrisi penting dan sifat perlindungannya bagi bayi. Namun, penelitian terbaru telah menemukan masalah yang mengkhawatirkan yaitu mikroplastik dalam ASI.
Partikel-partikel kecil yang berasal dari polusi plastik ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan ilmuwan dan para ibu. Konsultan senior obstetri dan ginekologi di Motherhood Hospital India, Manju Gupta, mengatakan bahwa implikasi kesehatan dari konsumsi mikroplastik terutama melalui ASI masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, para ilmuwan mengkhawatirkan potensi risikonya.
Mikroplastik dapat mengandung dan menyerap bahan kimia berbahaya, termasuk bahan tambahan beracun yang digunakan dalam pembuatan plastik, dan polutan dari lingkungan sekitar. Karenanya ketika tertelan, bahan kimia ini dapat meresap ke dalam tubuh dan mungkin mempengaruhi perkembangan dan kesehatan bayi.
“Salah satu kekhawatiran utama adalah gangguan endokrin, yang dapat mengacaukan hormon dan pertumbuhan, yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan jangka panjang,” kata Gupta seperti dilansir India Today, Rabu (9/8/2023).
Gupta mengatakan, mikroplastik masuk ke lingkungan melalui berbagai cara, termasuk pembuangan limbah yang tidak tepat, degradasi produk plastik, dan penguraian tekstil sintetis. Proses mikroplastik masuk ke dalam ASI masih belum diketahui secara pasti, tetapi jalur yang mungkin termasuk konsumsi melalui makanan yang terkontaminasi, air, dan bahkan partikel di udara.
Untuk mengatasi masalah mikroplastik dalam ASI, penelitian lebih lanjut sangat penting dilakukan. Menurut Gupta, banyak penelitian jangka panjang yang diperlukan untuk menentukan potensi risiko paparan mikroplastik pada bayi dan ibu menyusui. “Peraturan harus dibuat untuk menentukan tingkat mikroplastik yang aman dalam makanan, air, dan barang-barang yang kita beli,” kata dia.
Gupta menilai, lonjakan mikroplastik dalam ASI mencerminkan skala polusi plastik yang mengkhawatirkan secara global. Sampah plastik yang berakhir di lautan dan sungai pada akhirnya terurai menjadi mikroplastik, memasuki rantai makanan melalui organisme air.
Ketika manusia mengonsumsi organisme ini, mikroplastik dapat masuk ke dalam jaringan tubuh manusia, termasuk jaringan payudara. Mengatasi masalah mikroplastik membutuhkan beberapa strategi, terutama mengurangi produksi plastik, mengelola sampah dengan benar, dan mendorong daur ulang.