REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Studi terbaru yang melibatkan 53 negara menemukan adanya tren penurunan jumlah sperma pada pria. Penurunan jumlah sperma ini bisa mencapai 50-60 persen, khususnya di wilayah Amerika Utara, Eropa, serta Australia.
Dr Babak Ashrafi dari Superdrug Online Doctor mengungkapkan bahwa kesuburan pria umumnya baru mulai menurun di usia 40-45 tahun. Namun, ada beberapa faktor yang dapat membuat kesuburan pria menurun lebih awal. Berikut ini adalah enam faktor di antaranya, seperti dilansir Mirror pada Kamis (20/7/2023).
Stres
Berdasarkan studi, pria yang sering merasakan stres berpeluang lebih besar untuk mengalami penurunan testosteron. Pria yang sering stres juga cenderung memiliki jumlah sperma yang lebih rendah, produksi sperma yang tak normal, dan penurunan motilitas sperma. "Banyak peristiwa masa kini yang bisa menyebabkan peningkatan stres, termasuk peningkatan biaya hidup," lanjut Dr Babak.
Berat Badan
Indeks massa tubuh atau IMT yang tinggi dapat menyebabkan jumlah sperma menjadi rendah. Tak hanya itu, kualitas dan motilitas atau pergerakan sperma juga bisa ikut menurun akibat berat badan berlebih. "Situasi ini mungkin diperparah oleh pandemi Covid-19 yang belum lama ini terjadi, dengan adanya pembatasan sosial membuat banyak orang lebih jarang beraktivitas fisik," ujar Dr Babak.
Minum Alkohol
Kebiasaan minum alkohol dapat memicu penurunan jumlah sperma. Alasannya, asupan alkohol bisa mempengaruhi kadar hormon pada pria sekaligus menghambat fungsi testis.
Merokok
Ada beragam masalah kesehatan yang dapat dipicu oleh rokok, termasuk masalah kesuburan. Dr Babak mengungkapkan bahwa merokok dapat menyebabkan volume air mani dan jumlah sperma menurun.
Pola Makan
Kesuburan pria juga turut dipengaruhi oleh pola makan. Kurang asupan buah dan sayur dan kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji dapat berimbas pada kualitas sperma.
Kurang Olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif bisa membawa pengaruh negatif bagi kesuburan pria. Pria yang aktif bergerak cenderung memiliki kadar hormon dan produksi sperma yang lebih baik dibandingkan pria yang kurang bergerak. Analisis air mani juga menunjukkan bahwa bentuk, jumlah, dan motilitas sperma pada pria yang aktif bergerak cenderung lebih baik dibandingkan pria yang jarang berolahraga.