Senin 17 Jul 2023 18:20 WIB

Tega Banget, Pelatih Bard Dibayar Murah oleh Google

Alat AI generatif seperti Bard dilatih menggunakan Large Language Models (LLM).

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Google menggunakan ribuan pekerja kontrak untuk melakukan tugas melatih respons Bard. Namun, para pekerja ini tidak terlalu senang dengan kondisi kerja mereka/ilustrasi
Foto: AP Photo/Marcio Jose Sanchez, File
Google menggunakan ribuan pekerja kontrak untuk melakukan tugas melatih respons Bard. Namun, para pekerja ini tidak terlalu senang dengan kondisi kerja mereka/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Google memperkenalkan chabot dengan kecerdasan buatan (AI)-nya sendiri Bard dengan fitur mirip ChatGPT. Namun, dunia baru bisa merasakan Bard hingga Mei tahun ini, setelah acara Google I/O. Meskipun Bard tersedia untuk pengguna tertentu sebelum Mei, kebanyakan dari kita harus menggunakan chatbot AI Google pada Mei.

Banyak orang mulai berbagi pengalaman mereka di media sosial. Baru-baru ini, Bard mendapatkan beberapa pembaruan besar. Seiring berjalannya waktu, chatbot AI Google akan menjadi lebih baik, seperti yang dijanjikan oleh CEO Sundar Pichai.

Baca Juga

Namun, orang-orang yang bertanggung jawab untuk melatih Bard tidak terlalu senang dengan kondisi kerja mereka. Beberapa pekerja kontrak berbicara bahwa mereka memiliki terlalu banyak bekerja, dibayar rendah, dan stres saat meninjau jawaban Bard. 

Laporan Bloomberg mengungkapkan bahwa alat AI generatif seperti Bard dilatih menggunakan Large Language Models (LLM). Namun, jawaban mereka ditinjau oleh manusia yang tanggung jawab utamanya adalah memberikan umpan balik atas jawaban chatbot AI, memeriksa bias, menandai kesalahan, dan lain-lain. Google menggunakan ribuan pekerja kontrak untuk melakukan tugas ini. Mereka memeriksa dan meningkatkan respons Bard. Namun, para pekerja ini tidak terlalu senang dengan kondisi kerja.

Laporan tersebut mengutip enam pekerja kontrak yang mengatakan bahwa sejak perusahaan mengadakan perlombaan kompetitif dengan OpenAI, beban kerja dan kompleksitas tugas meningkat. Tanpa pelatihan yang layak, pekerja kontrak diminta untuk memeriksa jawaban dalam mata pelajaran mulai dari kedokteran hingga hukum. Publikasi juga meninjau dokumen di mana instruksi berbelit-belit diberikan kepada para pekerja. Laporan tersebut juga mengatakan bahwa para pekerja diberi tenggat waktu yang sangat ketat, atau hanya tiga menit, untuk meninjau tanggapan Bard.

"Seperti yang terjadi sekarang, orang-orang ketakutan, stres, dibayar rendah dan tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ketakutan itu tidak kondusif untuk mendapatkan kualitas dan kerja tim yang Anda inginkan dari kami semua,” kata salah satu pekerja kontrak dilansir India Today, Senin (17/7/2023).

Selain itu, pekerja kontrak Google juga memperingatkan Kongres melalui surat pada Mei. Mereka menyebut Bard bisa menjadi produk yang salah dan berbahaya karena pekerja diminta untuk meninjau konten dalam tenggat waktu yang begitu ketat. Laporan tersebut juga menambahkan bahwa para pekerja kontrak ini dibayar hanya sebesar 14 dolar AS (sekitar Rp 209 ribu) per jam untuk kerja mereka.

Sementara itu, juru bicara Google mengatakan bahwa pekerja kontrak hanyalah salah satu cara perusahaan menguji respons Bard. Mereka juga mengandalkan cara lain.  "Menghubungkan orang ke informasi berkualitas tinggi adalah inti dari misi kami. Kami melakukan pekerjaan ekstensif untuk membangun produk AI kami secara bertanggung jawab, termasuk proses pengujian, pelatihan, dan umpan balik yang ketat yang telah kami asah selama bertahun-tahun untuk menekankan faktualitas dan mengurangi bias,” ujar perwakilan Google.

Perusahaan mengatakan evaluasi manusia (dari individu internal dan eksternal ke Google) adalah salah satu dari banyak pendekatan yang mereka gunakan untuk menyempurnakan produknya. Rating tidak secara langsung memengaruhi keluaran model perusahaan, dan itu sama sekali bukan satu-satunya cara mereka mempromosikan ketepatan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement