Kamis 06 Jul 2023 01:25 WIB

Indonesia Masih Kekurangan SDM Talenta Khusus IoT Level Teknis

KiDi IoT merupakan solusi IoT di sektor pendidikan.

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Agus Yulianto
Berdasarkan data Kemenkominfo tahun lalu, jumlah perangkat IoT diperkirakan mencapai 400 juta.
Foto: Dok. Republika
Berdasarkan data Kemenkominfo tahun lalu, jumlah perangkat IoT diperkirakan mencapai 400 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kebutuhan SDM Operasional IoT meningkat karena dunia teknologi terus bergerak maju. Di antaranya, berkat penerapan produk serta layanan berbasis IoT (Internet of Things).

Namun faktanya di Indonesia, penerapan produk dan layanan berbasis IoT ini tidaklah semudah membalik telapak tangan. Karena, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Di antaranya, keterbatasan sumber daya manusia (SDM). 

Seperti ditunjukkan Survei Literasi Digital Kemenkominfo pada 34 provinsi (2020) kepada 1.670 responden, menunjukkan kemampuan adaptasi teknologi masyarakat relatif belum bagus. 

Berdasarkan data Kemenkominfo tahun lalu, jumlah perangkat IoT diperkirakan mencapai 400 juta dan akan terus meningkat sampai dengan 678 juta perangkat pada 2025 mendatang pasca hadirnya layanan 5G.

Oleh karena itu, menurut Vice President Startup Bandung/Chief Digital eCommerce Fintech Sharing Vision Nur Islami Javad, masih diperlukan talenta digital khusus IoT, terutama di level teknis operasional. Karena, jumlah talenta operational IoT yang mumpuni saat ini masih terbatas. Padahal, kebutuhan terhadap talenta tersebut terus meningkat seiring industri IoT yang semakin berkembang. 

“Kebutuhan SDM teknis operasional seperti dari SMK banyak dibutuhkan. Sebab, di level operasional startup yang saya perhatikan, belum banyak SDM level operasional yang mampu mengoperasikan, maintenance, produksi, dan seterusnya,” ujar Nur Islami Javad yang akrab disapa Jeff, Rabu (5/7/2023). 

Di saat bersamaan, kata Jeff,  SDM level ahli di bidang IoT juga diperlukan. Hal ini terlihat dari banyaknya alumni kampus di Bandung terutama engineer dari Teknik Industri, Teknik Fisika, Fisika, MIPA, Elektro, Informatika, Matematika, dan sejenisnya, yang direkrut untuk bekerja di posisi yang berhubungan dengan IoT. 

Jeff mencontohkan, e-Fishery, sebuah startup akuakultur Bandung yang baru mencapai status unicorn, sebagai salah satu entitas yang aktif merekrut SDM skala ahli tersebut. Tapi, masih kesulitan untuk bisa merekrut secara agresif SDM pada level operasional. 

Sementara menurut Iwan Hermawan, Ketua FAGI (Forum Aksi Guru Indonesia) Jawa Barat, SDM dari SMK itu potensial walaupun sering disebut sebagai penyumbang terbesar pengangguran. 

“Itu tak bisa dipukul rata. Sepengamatan saya, ada siswa SMK di Jabar itu kelas tiga saja sudah ditunggu jadi karyawan perusahaan konglomerasi besar, banyak juga yang langsung magang hingga jadi karyawan di luar negeri di salah satu negara maju seperti Jepang. Ini semua akan tergantung pada kompetensi siswa, guru, dan sekolahnya dulu,” paparnya.

Untuk SMK dengan prodi mapan, kata dia, lulusannya yang kompeten jarang yang mengganggur. Apalagi konsep teaching factory sudah lama dijalankan, banyak SMK di Indonesia termasuk di sektor ICT, yang membuat alumni tidak gagap masuk industri.

Melihat potensi IoT dan tantangan SDM di dalam nya, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom), melalui Leap Telkom Digital berkontribusi aktif untuk menyiapkan SDM level operasional IoT tersebut dengan baru saja merilis Kelas Industri Digital IoT (KiDi IoT). KiDi IoT, merupakan solusi IoT di sektor pendidikan dari Antares dan merupakan salah satu brand dibawah naungan Leap Telkom Digital yang ditujukan khusus untuk pelajar dan guru SMK.

KiDi IoT dari Antares ini diproyeksikan membantu sekolah menggali potensi siswa di bidang IOT agar memunculkan kreativitas dalam membuat berbagai macam usecase yang berhubungan dengan IoT. Selain itu metode pengajaran juga di lengkapi dengan praktik di lapangan guna mendukung teori di kelas.

“Siapa tahu di masa depan, IoT bisa dinikmati oleh semua anak-anak SMK, bahkan hingga SMP dan SD. Kalau kita lihat, anak-anak SD kelas 1,2,3, sebagian suka baca buku coding untuk anak-anak, mungkin di masa depan, satu kesatuan pergerakan ekosistem IoT ini akan menjadi menarik. Semoga KiDi IoT dari Antares ini lancar-lancar keberjalanannya dan berdampak positif bagi Indonesia,” papar Jeff.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement