REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei baru-baru ini menemukan bahwa 43 persen perusahaan akan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menjalankan wawancara perekrutan mereka pada tahun 2024, dengan beberapa di antaranya telah mengadopsi praktik tersebut. Jika Anda terbiasa dengan kekuatan ChatGPT dan chatbot AI lainnya, Anda mungkin menyadari bahwa mereka dapat membuat teks untuk surat lamaran dan resume, serta melakukannya dengan mudah.
Dilansir dari ZDNET, Selasa (20/6/2023), permintaan sederhana yang dimasukkan oleh pengguna menghasilkan hasil berkualitas tinggi secara konsisten dalam hitungan detik, dan pengguna. Bahkan, dapat mengajukan pertanyaan tindak lanjut untuk mengedit atau menyesuaikannya agar sesuai dengan kebutuhan mereka.
Survei yang dilakukan oleh Resume Builder menegaskan hal ini dengan menunjukkan bahwa 46 persen pencari kerja melaporkan menggunakan ChatGPT untuk menulis resume dan surat lamaran mereka. Selain itu, 78 persen mengungkapkan bahwa mereka mendapat tanggapan yang lebih tinggi dari perusahaan dan wawancara ketika mereka menggunakan materi lamaran kerja yang dibuat menggunakan ChatGPT.
Seperti yang dilaporkan oleh Kepala Penasihat Karier Resume Builder, Stacie Haller, perekrut perusahaan umumnya tidak senang dengan keputusan ini. Dia mengatakan manajer perekrutan telah menjadi sangat akrab dengan dokumen-dokumen ini sehingga mereka mungkin dapat mengetahui kapan ChatGPT menulis surat lamaran atau resume.
“Pencari kerja yang menggunakan ChatGPT untuk surat lamaran dan resume tidak berbeda dengan mereka yang menggunakan layanan penulisan resume atau menggunakan template dan alat daring yang tersedia,” ujar Haller.
Manajer perekrutan tampaknya tidak hanya menerima praktik ini, tetapi ada juga yang menerimanya, yang dapat menciptakan tantangan baru bagi pencari kerja. Para ahli memperkirakan sebanyak 40 persen perekrut perusahaan akan menggunakan AI untuk menjalankan wawancara kerja pada tahun 2024, dengan 15 persen hanya mengandalkan AI untuk semua keputusan perekrutan, dari awal hingga akhir.
Penggunaan AI akan terlihat berbeda dari satu perusahaan ke perusahaan berikutnya. Wawancara dengan bantuan AI dapat berupa pertanyaan teks atau interaksi video yang kemudian dinilai oleh staf perusahaan atau ditinjau oleh algoritma AI. AI juga dapat mengevaluasi kumpulan kandidat untuk memilih yang terkuat setelah dilatih di perpustakaan kualifikasi.
Wawancara yang dipimpin AI bisa terasa stoik dan otomatis, membuat kandidat tidak mungkin membaca isyarat wajah untuk umpan balik, yang bisa menjadi tantangan bagi pencari kerja. Para ahli merekomendasikan agar kandidat yang mewawancarai bot percakapan AI, baik melalui teks atau video, berpura-pura sedang berbicara dengan manusia dan berlatih secara ekstensif sebelumnya.