REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim ilmuwan di Inggris berhasil mengembangkan embrio sintetis manusia yang sebelumnya belum memiliki jantung, kini akhirnya memiliki detak jantung. Ini terjadi setelah beberapa hari lalu tim berhasil menciptakan embrio sintetis tanpa bantuan sel telur atau sperma.
Penelitian terbaru, juga dari University of Cambridge, menggunakan sel punca manusia untuk membuat struktur sintetis yang mereplikasi sel yang terlihat pada minggu ketiga dan keempat kehamilan. Temuan ini dapat membantu memahami dampak kelainan genetik dan penyebab keguguran berulang.
Penelitian itu dipresentasikan pada pertemuan tahunan International Society for Stem Cell Research di Boston, Amerika Serikat. Meski begitu, penelitian belum dipublikasikan dalam bentuk pracetak maupun jurnal yang telah ditelaah oleh ilmuwan lain.
Struktur sintetis dibuat dengan menggunakan sel punca manusia tanpa memerlukan sel telur, sperma, atau pembuahan. Termasuk di dalamnya adalah jantung yang berdetak, yang biasanya muncul pada hari ke-23 pada embrio alami.
Model embrio tersebut juga menunjukkan jejak darah merah, yang akan muncul pada minggu keempat kehamilan. Namun, ia tidak memiliki jaringan yang akan membentuk plasenta dan kantung kuning telur (yolk sac) pada embrio alami.
"Saya ingin menekankan bahwa ini bukanlah embrio dan kami tidak sedang mencoba membuat embrio. Mereka hanyalah model yang dapat digunakan untuk melihat aspek-aspek spesifik dari perkembangan manusia," kata Dr Jitesh Neupane, dari University of Cambridge's Gurdon Institute, seperti dikutip dari The Siasat Daily, Senin (19/6/2023).
Menurut Neupane, melihat sekilas sel-sel jantung yang berdetak di bawah mikroskop merupakan pengalaman yang mendalam.
"Saya secara acak mengambil piringan di bawah mikroskop dan ketika saya melihat (detak jantung) untuk pertama kalinya, saya merasa takut, jujur saja. Saya harus melihat ke bawah dan melihat ke belakang lagi. Itu sangat luar biasa bagi saya. Orang-orang menjadi emosional ketika melihat detak jantung," kata dia.