Kamis 15 Jun 2023 15:31 WIB

Aplikasi 'Satu Jantung' Buatan Dosen UGM Bantu Penanganan Kasus Henti Jantung

Penggunaan aplikasi tersebut dinilai cukup mudah.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Yusuf Assidiq
Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM), Beta Ahlam Gizela, memaparkan aplikasi SatuJantung 2.0 yang ia ciptakan untuk membantu penderita saat mengalami serangan jantung, di Universitas Gadjah Mada, Kamis (15/6/2023).
Foto: Febrianto Adi Saputro
Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM), Beta Ahlam Gizela, memaparkan aplikasi SatuJantung 2.0 yang ia ciptakan untuk membantu penderita saat mengalami serangan jantung, di Universitas Gadjah Mada, Kamis (15/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM), Beta Ahlam Gizela, mengembangkan aplikasi Satu Jantung 2.0. Melalui aplikasi tersebut Beta berharap dapat membantu penanganan kasus henti jantung.

Diungkapkan, ide awal pembuatan aplikasi Satu Jantung tersebut bermula saat ia dan suaminya mendapati putra mereka mengalami serangan jantung mendadak. Berdasarkan peristiwa itu keduanya kemudian tergerak menciptakan alat yang diharapkan bisa memberikan pertolongan bagi banyak orang saat mengalami serangan jantung.

Terutama dalam kondisi tidak ada petugas kesehatan. “Dokter yang menangani anak saya saat terkena serangan jantung mendadak saat itu berkata mungkin putra bapak tidak akan selamat kalau bukan karena orang tuanya dokter,” kata Beta, Kamis (15/6/2023).

Menurutnya, pembuatan aplikasi tersebut tidak memakan waktu lama. Ia mulai menciptakan aplikasi tersebut pada 2018. Kemudian hak kekayaan intelektualnya mulai diurus pada 2019 dan langsung bisa digunakan.

Aplikasi tersebut juga sudah dikenalkan kepada pengendara ojek online. Hanya saja sempat terhenti karena pandemi.  "Dari versi 1 ke 2 nggak sampai satu tahun," ujarnya.

Bagi pengguna Android, aplikasi SatuJantung kini telah dirilis di Playstore. Masyarakat umum terutama yang memiliki riwayat maupun risiko serangan jantung maupun henti jantung dapat mengunduh aplikasi ini.

Setelah aplikasi diunduh, pengguna kemudian melakukan registrasi dengan memasukkan data-data pribadi seperti nama, jenis kelamin, tanggal lahir, nomor telepon pribadi, nomor telepon keluarga yang dapat dihubungi, tensi, berat dan tinggi badan, riwayat merokok, riwayat diabetes, serta aktivitas fisik.

Apabila data tersebut menunjukkan hasil identifikasi risiko penyakit jantung dari pengguna, maka pengguna dianjurkan menggunakan aplikasi tersebut. "Jika hasil perhitungan menunjukkan risiko tinggi sebaiknya menggunakan aplikasi ini,” kata dia.

Beta menjelaskan penggunaan aplikasi tersebut dinilai cukup mudah. Pengguna cukup mengklik tombol melayang ketika mengalami serangan jantung. Setelah diklik nantinya akan muncul sejumlah informasi yang membantu petugas kesehatan dalam mengidentifikasi pasien.

Beberapa informasi yang muncul seperti misalnya tingginya risiko penyakit jantung, kontak keluarga yang bisa dihubungi, serta tombol emergency. Ketika pengguna mengklik tombol 'Tolong' maka

akan menghasilkan bunyi seperti bunyi alarm.  "Alarm akan tetap bunyi meskipun handphone dalam keadaan silent," ungkapnya.

Selanjutnya orang yang mendengar alarm kemudian bisa membantu penderita yang membutuhkan pertolongan. Orang yang menolong bisa mengikuti petunjuk pertolongan sesuai dengan kondisi pasien.

Orang yang menolong penderita juga bisa mencari bantuan orang lain untuk menelepon 119 (layanan ambulans). Beta melanjutkan, dalam aplikasi tersebut juga dilengkapi cara melakukan pijat jantung sebagai panduan untuk penolong yang belum pernah mengikuti pelatihan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement