REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan rintisan atau startup berpeluang mengembangkan potensi ekonomi digital Indonesia, namun ada banyak kendala yang membuatnya sukar bertahan. Tidak sedikit startup yang berakhir dengan gulung tikar.
Product manager Sevima, Reza Zamir, membagikan kiat sukses mendirikan startup bagi pemula yang baru akan memulai usaha. Dia menyampaikannya pada Seminar Hack4ID Gerakan Nasional 1000 Startup Digital di Kota Batu, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.
Sevima merupakan platform sistem akademik sekaligus startup education technology Indonesia yang telah digunakan oleh 800 kampus dan tiga juta mahasiswa se-Indonesia. Berikut tiga tips yang dibagikan oleh Reza, dikutip dari pernyataan resminya.
1. Menciptakan aplikasi sesuai masalah
Menurut Reza, tak sedikit pendiri startup yang menggebu-gebu dalam membuat aplikasi digital tanpa memperhatikan masalah yang dihadapi masyarakat. Dampak dari kesalahan ini cukup fatal, sebab aplikasi digital jadi tak dilirik.
Aplikasi digital harus diciptakan startup sesuai dengan masalah yang benar-benar ada di masyarakat. Reza menjelaskan, konsep itu disebut problem-solution fit. Dengan konsep ini, maka startup bisa menyediakan solusi sesuai dengan masalah masyarakat, sehingga produk startup akan dibutuhkan. "Bahkan, pengguna bisa menjadi pelanggan setia, ketika aplikasinya terbukti cocok dan disukai masyarakat," ungkap Reza.
2. Riset dan fokus
Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi, tips kedua ala Reza adalah melakukan riset kebutuhan pengguna terlebih dahulu. Riset juga harus mempertimbangkan nilai ekonomis. Seperti, apakah masyarakat nantinya mau membayar solusi yang ditawarkan, atau jangan-jangan solusi yang ada terlalu mahal.
Untuk riset, Reza mengajak para pendiri startup untuk tidak ragu melakukan "blusukan". Dengan cara tersebut, para pendiri startup bisa mendengarkan langsung permasalahan yang ada di masyarakat, serta mendiskusikan solusinya bersama-sama.
"Membuat teknologi yang dibutuhkan, justru paling terakhir. Kita harus validasi dulu, riset dan fokus untuk ketahui permasalahan masyarakat. Bersama-sama, kita bisa mencari solusi yang bernilai ekonomis, buat bisnis proses, baru ke pembuatan teknologinya," kata Reza.
3. Sediakan waktu untuk belajar dan eksperimen
Untuk memperkuat bekal dalam mendirikan startup, perlu terus belajar dan bereksperimen. Menurut Reza, waktu yang diperlukan untuk dua hal itu setidaknya berlangsung selama enam bulan. Tidak ada proses yang instan.
Waktu enam bulan disebut Reza bisa menjadi masa evaluasi apakah startup yang dirintis berjalan dengan baik. Jika dalam rentang tersebut ternyata aplikasi tidak digunakan oleh masyarakat, maka Reza menyarankan untuk pivot atau mengganti model bisnis. Namun jika benar-benar tidak mendapatkan keuntungan, maka lebih baik tutup.
"Mulai yang benar-benar berbeda. Karena untuk menjalankan startup jelas membutuhkan dana, waktu, pikiran. Kalau terus-terusan fokus ke hal yang tidak menghasilkan akan merugikan diri sendiri, tidak menyelesaikan masalah orang lain tapi malah menumpuk masalah," ucap Reza.