REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Serangan siber sering kali mengakibatkan dampak buruk yang luar biasa. Rata-rata biaya yang perlu dikeluarkan akibat pembobolan dunia maya bahkan tercatat mencapai 4,35 juta dolar AS.
Menyadari gentingnya situasi ini, permintaan akan keterampilan keamanan siber telah meningkat sekitar 35 persen selama satu tahun terakhir. Sayangnya, belum ada cukup orang dengan keterampilan relevan yang dapat melindungi dunia digital dari serangan keamanan siber.
“Kebutuhan akan lebih banyak pakar keamanan siber dapat dijadikan sebagai peluang bagi para generasi penerus bangsa, untuk menjadi pemimpin di bidang ini. Peluang tersebut terbuka bagi siapa saja, termasuk perempuan,” ujar Nina Wirahadikusumah, Business Strategy Lead Microsoft Indonesia, dalam siaran pers, Senin (5/6/2023).
“Mengapa penting untuk menggarisbawahi keterlibatan perempuan? Saat ini, jumlah perempuan di Indonesia yang berpartisipasi sebagai tenaga kerja di bidang teknologi masih berada di angka 22 persen. Padahal, untuk menciptakan inovasi berbasis teknologi dan melindungi keamanan dunia digital secara komprehensif, diperlukan diverse talents. Artinya, ada keterlibatan dari talenta-talenta yang memiliki latar belakang dan perspektif berbeda, berdasarkan apa yang mereka alami dalam kehidupannya sehari-hari. Itulah sebabnya, Ready4Security menargetkan agar 80 persen peserta program ini adalah perempuan.”
Microsoft baru saja meluncurkan Ready4Security Indonesia, sebuah program pelatihan di bidang keamanan siber yang menyasar sedikitnya 1.000 siswa dan lulusan baru dari 50 sekolah kejuruan serta universitas di Indonesia, dengan fokus pada perempuan.
Bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia, serta organisasi nirlaba InfraDigital Foundation, program ini akan memberikan pelatihan keamanan siber dan ujian sertifikasi gratis kepada para pesertanya, serta menggelar rangkaian aktivitas persiapan kerja melalui webinar, pelatihan, dan bursa kerja.
Harapannya, program yang dimulai dari Bandung, Batam, Jakarta, dan Yogyakarta ini dapat meningkatkan kompetensi keamanan siber para peserta di tingkat fundamental dan menengah, serta memperkuat tingkat persaingan mereka di pasar kerja.