Ahad 04 Jun 2023 23:00 WIB

Akademisi ITB: Gunakan ChatGPT Sebagai Alat Belajar

Meski bermanfaat, penggunaan ChatGPT juga punya banyak risiko.

Ilustrasi AI. Meski bermanfaat, penggunaan ChatGPT juga punya banyak risiko.
Foto: Flickr
Ilustrasi AI. Meski bermanfaat, penggunaan ChatGPT juga punya banyak risiko.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dosen pada Kelompok Keahlian Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) Institut Teknologi Bandung (ITB) Ayu Purwarianti mengingatkan untuk lebih bijak menggunakan ChatGPT sebagai alat untuk belajar. Karena risiko ChatGPT juga sangat banyak.

Salah satu risiko yaitu tidak akuratnya informasi dan jawaban yang diberikan oleh ChatGPT. "Pengguna perlu melakukan validasi atau mencari sumber lain yang lebih terpercaya dalam mencari suatu informasi," kata Ayu.

Baca Juga

ChatGPT adalah salah satu aplikasi Artificial Intelligence, lebih tepatnya di bidang natural language processing yang di dalamnya memanfaatkan Pre-trained Generative Large Language Model. Kata Ayu, ini merupakan suatu model artificial intelligence yang awalnya dibangun dari data unsupervised.

Menurutnya, ada beberapa risiko yang harus dipertimbangkan ketika memanfaat ChatGPT. Misalnya seputar regulasi, isu plagiarisme, dan etika dalam pemanfaatan ChatGPT, khususnya dalam lingkup akademik.

Pada dasarnya ChatGPT bermanfaat untuk membantu belajar, tapi memang harus berhati-hati akan tujuan penggunaannya. "Kalau misalnya mahasiswa disuruh bikin esai dengan tujuan supaya bisa memiliki kemampuan analisis yang lebih tinggi, serta lebih kritis dan kreatif maka jangan menggunakan ChatGPT. Silakan membuat esai dengan kalimat sendiri dan nanti dibandingkan dengan hasil ChatGPT," ujar Ayu.

Dalam beberapa tahun terakhir, memang dunia kecerdasan buatan telah menunjukkan kemajuan yang pesat. Salah satu pencapaian terbaru yang menarik perhatian adalah pengembangan model bahasa alami yang canggih bernama ChatGPT.

Model yang dikembangkan oleh OpenAI ini, telah mendapatkan popularitas besar karena kemampuannya untuk berinteraksi secara alami dengan pengguna.

Risiko yang lain yaitu terkait plagiarisme yang tidak diketahui sumber data dan jawaban yang diberikan oleh ChatGPT. Sehingga untuk beberapa kasus yang terkait dengan hak cipta, seperti pembuatan buku dan copywriting, jangan memberikan ChatGPT untuk mengambil alih karena tetap tanggung jawab terakhir ada pada manusia.

Risiko selanjutnya juga dapat menimbulkan potensi penyalahgunaan. Karena ChatGPT dapat ditanya untuk membuat kode program seperti jailbreak atau sesuatu yang terkait keamanan.

"Tetapi dengan semua risiko yang ada, sangat sulit juga untuk menahan pengembangan Chat GPT. Karena saat ini malah banyak orang yang berlomba-lomba dalam mengembangkan sesuatu seperti ChatGPT dengan harga yang lebih rendah," ungkap Ayu.

 

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement