Sabtu 20 May 2023 14:18 WIB

Pentingnya Cyber Security and Connectivity untuk Hindari Peretas di Korporasi

Serangan siber, termasuk serangan Ransomware, adalah pengingat penting.

Peretasan. Ilustrasi
Foto: PC World
Peretasan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serangan siber yang diklaim dilakukan sekelompok peretas internasional kepada sebuah bank nasional pada awal Mei 2023 menjadi perhatian. Saat ini, penting untuk fokus pada keamanan siber bagi perusahaan finansial, termasuk ancaman Ransomware yang semakin meningkat.

Menurut Bruce Hanadi, Chief Information Security Officer di snc.id, serangan siber tentu harus diantisipasi. 

Baca Juga

Perusahaan finansial seperti bank, asuransi, dan perusahaan investasi adalah target utama para penjahat siber, termasuk para pelaku ransomware. Serangan ini menjadi lebih serius dengan adanya ransomware yang dapat mengenkripsi data penting perusahaan dan menuntut pembayaran tebusan yang besar. 

Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan tersebut harus memperkuat sistem keamanan siber mereka agar dapat mencegah serangan siber, termasuk serangan ransomware, dan menjaga informasi nasabah tetap aman dan terlindungi.

Bruce Hanadi menekankan pentingnya fokus pada keamanan siber bagi perusahaan finansial dalam menghadapi ancaman serangan ransomware. Bruce Hanadi menyarankan agar perusahaan finansial memperkuat sistem keamanan siber mereka dengan cara mengidentifikasi dan mengurangi risiko, meningkatkan kesadaran tentang keamanan siber di antara staf dan nasabah. 

"Kemudian, mengimplementasikan teknologi yang terbaru dalam sistem keamanan siber mereka dan juga tidak hanya fokus terhadap pencegahan tapi juga aktif mendeteksi dan memprediksi serangan dari jauh hari, 'prevention is a deal, detection is a must'," kata dia di Jakarta, Sabtu (20/5/2023). 

Investasi dalam keamanan siber seharusnya tidak dipandang sebagai pengeluaran yang tidak produktif, melainkan sebagai investasi yang wajib bagi perusahaan finansial. Karena ancaman serangan siber, termasuk Ransomware, semakin meningkat dan semakin kompleks, sehingga dapat meminimalkan risiko serangan serta melindungi aset dan reputasi perusahaan.

“Serangan siber, termasuk serangan ransomware, adalah pengingat penting bahwa perusahaan finansial harus memprioritaskan keamanan siber dalam strategi bisnis mereka. Keamanan siber yang kuat dan terintegrasi harus menjadi fokus utama bagi perusahaan finansial, mengingat data yang mereka kelola sangat sensitif dan berharga," kata dia

"Dengan menggunakan jasa keamanan siber dari perusahaan yang profesional dan berpengalaman, perusahaan finansial dapat memperkuat sistem keamanan siber mereka dan mengurangi risiko serangan siber yang dapat merugikan, sehingga di kemudian hari bisa terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebocoran data," ujar Bruce menambahkan. 

Dilansir dari Antara, data Microsoft Digital Defense Report (DDR) 2022 dan Cyber Signals Desember 2022 menilai serangan siber berupa ransomware dan phishing secara global merajalela di dunia maya saat ini. 

Serangan ransomware dipicu oleh serangan pada kata sandi atau password attack. Microsoft DDR 2022,​​​​​​ menunjukkan jumlah password attack diperkirakan mencapai 921 serangan per detik, meningkat 74 persen dalam satu tahun.

Dulu sebagian besar ransomware menargetkan individu. Tapi, belakangan ini ransomware kiriman manusia yang menargetkan organisasi menjadi lebih dominan. Penjahat berhasil menyusupi sepertiga target organisasi, 5 persen di antaranya menghasilkan tebusan.

Pada saat yang sama, serangan telah meningkat lebih dari 300 persen di seluruh dunia, dengan lebih dari 710 juta email phishing diblokir setiap minggunya pada tahun 2021.

 

Dari berbagai macam model phishing, skema business email compromise (BEC) meningkat pesat. Dalam skema itu, penipu menggunakan email untuk mengelabui seseorang agar mengirimkan uang atau membocorkan informasi rahasia perusahaan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement