REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) resmi mengukuhkan tiga guru besar atau profesor bidang riset sebagai upaya kaderisasi peneliti agar mampu menghasilkan karya-karya penelitian yang berkualitas internasional.
Ketiga peneliti tersebut adalah Wawan Sujarwo sebagai peneliti ahli utama Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Julwan Hendry Purba sebagai peneliti ahli utama Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir, dan Ence Oos Mukhamad Anwas sebagai peneliti ahli utama Pusat Riset Pendidikan. "Pengukuhan ini menjadi teladan, inspirasi, dan motivasi bagi periset lainnya untuk menghasilkan penelitian berkualitas dan terus dikembangkan guna mendukung pembangunan berkelanjutan," kata Deputi Sumber Daya Manusia Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BRIN Edy Giri Rachman dalam sambutan pengukuhan di gedung BRIN, Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan bahwa BRIN ingin ketiga guru besar itu dapat membantu meningkatkan kualitas riset dan kolaborasi dengan publik baik nasional maupun internasional.
Dalam rangkaian proses pengukuhan tersebut, ketiga profesor riset itu memaparkan orasi mereka. Wawan Sujarwo selaku pakar etnobotani membawakan orasi mengenai kondisi terkini etnobotani di Indonesia, mulai dari peran, potensi, tantangan, hingga peluang dalam mendukung pemanfaatan sumber daya tumbuhan berkelanjutan.
Menurutnya, etnobotani punya peran dalam mendukung pemanfaatan dan pengembangan sumber daya tumbuhan dalam bidang bioprospeksi untuk kesehatan, pangan fungsional, energi terbarukan, teknologi tepat guna dan lingkungan, serta kegunaan lainnya untuk kemajuan riset dan inovasi di bidang bioprospeksi menuju Indonesia Emas 2045.
Selanjutnya, Julwan Hendry Purba selaku pakar teknologi keselamatan reaktor menyampaikan orasinya tentang analisis keselamatan pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN berbasis probabilitas fuzzy. Julwan menguraikan analisis keselamatan probabilistik berbasis probabilitas fuzzy (fuzzy probability-based probabilistic safety assessment) yang diusulkan untuk mengevaluasi keandalan sistem keselamatan PLTN yang tidak memiliki data kegagalan komponen.
Kemudian, Ence Oos Mukhamad Anwas selaku pakar teknologi pendidikan memaparkan orasinya tentang pembudayaan teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan. Dalam kajian akademiknya budaya memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, orasi ilmiah tersebut ditujukan sebagai upaya mengisi gap melalui analisis dan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan.