Sabtu 13 May 2023 01:40 WIB

Rusia Bantah Tudingan Mengintervensi Pilpres Turki

Kremlin mengatakan Rusia sangat menghargai hubungan bilateral dengan Turki.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah tuduhan yang menyebut Rusia mengintervensi pemilihan presiden (pilpres) dan parlemen Turki.
Foto: EPA
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah tuduhan yang menyebut Rusia mengintervensi pemilihan presiden (pilpres) dan parlemen Turki.

REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW – Pemerintah Rusia membantah tuduhan yang menyebutnya mengintervensi pemilihan presiden (pilpres) dan parlemen Turki. Tudingan itu dilayangkan oleh pemimpin Partai Rakyat Republik Turki Kemal Kilicdaroglu yang menjadi penantang utama Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pilpres.

"Kami sangat menolak pernyataan seperti itu, kami secara resmi menyatakan tidak ada campur tangan. Jika seseorang memberikan informasi seperti itu kepada Tuan Kilicdaroglu, maka mereka pembohong, hanya itu yang bisa saya katakan," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media, Jumat (12/5/2023), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Baca Juga

Dia mengungkapkan, secara umum, Rusia sangat menghargai hubungan bilateral dengan Turki. Sebab sejauh ini Turki telah mengambil posisi sangat bertanggung jawab, berdaulat, dan bijaksana dalam berbagai masalah regional serta global yang dihadapi Moskow. “Dan posisi (Turki) ini sangat kami sukai. Sebagai negara yang menghargai hubungan bilateral, ia akan memastikan tidak melakukan apa pun yang menentang mitranya," ujar Peskov.

Peskov menekankan, Rusia telah berulang kali menyatakan dan menegaskan tidak mencampuri urusan dalam negeri serta proses pemilu negara lain. Menurutnya, Kemal Kilicdaroglu harus mengingat bagaimana Amerika Serikat (AS) menuduh Rusia mencampuri pilpresnya pada 2020. “Mereka (AS) menghabiskan puluhan juta dolar untuk penyelidikan dan kemudian sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada campur tangan," ucap Peskov.

Sebelumnya Kemal Kilicdaroglu mengatakan, partainya memiliki bukti konkret tentang intervensi Rusia menjelang pemilihan presiden (pilpres) di negara tersebut yang diagendakan digelar pada 14 Mei 2023. “Kepada teman-teman Rusia, Anda berada di balik montase, konspirasi, konten deep fake, dan rekaman yang diekspose di negara ini kemarin. Jika Anda ingin persahabatan kita berlanjut setelah 15 Mei, singkirkan tangan Anda dari negara Turki. Kami masih mendukung kerja sama dan persahabatan,” tulis Kilicdaroglu lewat akun Twitter pribadinya, Jumat.

Kilicdaroglu mengungkapkan, jika tidak memiliki bukti, dia tak akan membuat cicitan tersebut di Twitter-nya. “Kami merasa tidak dapat menerima jika negara lain ikut campur dalam proses pemilu Turki untuk mendukung partai politik. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini, itulah mengapa saya membuat kicauan ini secara terbuka melalui tweet,” ujarnya dalam sebuah wawancara.

Kilicdaroglu tak menjelaskan lebih detail tentang konten deep fake yang disebutnya didalangi Rusia. Moskow belum merespons tuduhan tersebut. Pernyataan Kilicdaroglu perihal konten palsu dibuat sehari setelah kandidat lainnya dalam pilpres Turki, yakni Muharrem Ince, memutuskan tak melanjutkan pencalonannya pada Kamis (11/5/2023). “Saya mundur dari pencalonan. Saya melakukan ini untuk negara saya,” kata Ince kepada awak media di depan markas partainya, yakni Partai Tanah Air.

Ince mengambil keputusan tersebut setelah dirinya menjadi sasaran “pembunuhan karakter” secara daring. Gambar palsu dirinya bertemu wanita dan berkeliling menggunakan mobil mewah beredar di internet.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement