REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) segera mewujudkan misi terbaru bernama Artemis. Lewat program tersebut, NASA berencana membangun pangkalan antariksa di bulan.
Administrator asosiasi NASA, Jim Free, menginformasikan bahwa pendaratan terencana pertama di bulan, Artemis 3, diharapkan berlangsung akhir dekade ini. Itu artinya pembangunan habitat tidak akan dimulai sebelum tahun 2030-an.
Misi bakal terus berlanjut hingga pada Artemis 7 (juga seterusnya) diharapkan ada penambahan tempat tinggal permanen di permukaan bulan. "Pangkalan kemungkinan akan terdiri dari beberapa situs," ungkap Free, dikutip dari laman Japan Today, Senin (8/5/2023).
Para pelaku industri luar angkasa berlomba untuk memenuhi tantangan NASA. Salah satunya, perusahaan Lockheed Martin ingin menjadi penyedia internet dan GPS di bulan. Joe Landon, CEO Crescent Space, anak perusahaan baru di Lockheed Martin, meyakini komunikasi sangat penting di misi mendatang. "Pikirkan ketika Anda pindah ke apartemen baru, Anda harus menghubungkan ponsel dan internet terlebih dahulu," kata Landon.
Astrobotic, dengan 220 karyawan, adalah salah satu dari tiga perusahaan yang dipilih NASA untuk mengembangkan panel surya untuk misi mendatang. Panel surya itu perlu ditempatkan secara vertikal, karena di kutub selatan bulan (destinasi yang disasar karena memiliki air dalam bentuk es), matahari nyaris tidak mengintip di atas cakrawala.
"Dengan tinggi sekitar 18 meter, panel Astrobotic akan dihubungkan dengan kabel sepanjang beberapa kilometer," ujar direktur perusahaan sistem permukaan bulan tersebut, Mike Provenzano.
Untuk ekspedisi ilmiahnya, NASA juga telah menugaskan para pelaku industri untuk mengembangkan rover alias kapal penjelajahan antariksa. Rover tanpa tekanan dengan atap terbuka berkapasitas dua orang diharapkan siap pada 2028.
Spesifikasi rover itu harus bisa beroperasi secara mandiri untuk berjalan tanpa astronot. Kendaraan itu pun harus tahan di temperatur bulan di malam hari yang sangat dingin (hingga sekitar minus 170 Celcius) dan bisa berlangsung selama dua pekan.
Banyak perusahaan telah memulai upayanya untuk mewujudkan rover yang diinginkan. Lockheed Martin telah bermitra dengan General Motors, sedangkan Dynetics yang merupakan anak perusahaan raksasa teknik Leidos, telah bergabung dengan Nascar.
Dynetics mempresentasikan desain prototipe rover-nya di Space Symposium di Colorado Springs. Prototipe itu bisa mencapai kecepatan 15 kilometer per jam, memiliki lengan robotik dan roda logam agar berjalan mulus di permukaan berpasir dan bebatuan.
"Pada saat yang sama, memiliki banyak bukaan ke luar sehingga tidak mengumpulkan pasir itu dan membawanya," tutur insinyur sistem utama untuk Lunar Terrain Vehicle di Dynetics, Neal Davis. Debu bulan yang bernama regolith menjadi salah satu tantangan besar karena tanpa erosi oleh air atau angin, punya sifat abrasif seperti kaca.
NASA belum mengumumkan perusahaan yang dipilih. Dalam jangka panjang, NASA bekerja sama dengan badan antariksa Jepang JAXA untuk kendaraan bertekanan, di mana astronot tidak perlu mengenakan pakaian khusus.
Selain itu, NASA telah memberikan kontrak senilai 57,2 juta dolar AS (sekitar Rp 841,78 triliun) kepada perusahaan yang berbasis di Texas, Icon, yang berspesialisasi dalam pencetakan 3D. Perusahaan akan mengembangkan teknologi yang dibutuhkan untuk membangun jalan, landasan pendaratan, dan tempat tinggal di bulan.
Idenya adalah menggunakan tanah di bulan sebagai bahan pembuatnya. Berbeda lagi dengan upaya Lockheed Martin, yang mengembangkan konsep habitat tiup. Di dalamnya akan ada kamar tidur, dapur, hingga ruang untuk peralatan ilmiah.
Program Artemis NASA disebut memiliki tujuan berkelanjutan, yakni membantu mempersiapkan misi yang lebih jauh, yakni mengirim manusia ke Mars.