Ahad 07 May 2023 13:36 WIB

Ilmuwan Temukan Cara Cegah Mimpi Buruk Mengusik Berkepanjangan

Kebanyakan mimpi buruk terjadi di tahap REM.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Reiny Dwinanda
Terjaga dari tidur akibat mimpi buruk (ilustrasi). Mimpi buruk, orang jadi sering terbangun di malam hari dan memiliki kualitas tidur yang lebih rendah.
Foto: ww.freepik.com
Terjaga dari tidur akibat mimpi buruk (ilustrasi). Mimpi buruk, orang jadi sering terbangun di malam hari dan memiliki kualitas tidur yang lebih rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mimpi menakutkan telah lama menjadi subjek penelitian. Para ilmuwan berusaha untuk memahami penyebab mimpi buruk tersebut dan cara menghentikannya.

Penelitian yang dilakukan tahun lalu dapat memberikan harapan baru bagi penderita mimpi buruk. Tim peneliti berhasil mengidentifikasi dua teknik noninvasif untuk mengurangi teror malam hari tersebut.

Baca Juga

Menurut peneliti yang berbasis di Jenewa, Swiss ini, ada hingga empat persen orang dewasa yang waktu tidurnya diusik oleh mimpi buruk kronis. Orang-orang ini sering terbangun di malam hari dan memiliki kualitas tidur yang lebih rendah.

Para ilmuwan telah mengaitkan perjuangan untuk mendapatkan batasan yang layak dengan sejumlah kondisi kesehatan seperti asma, kekebalan yang lebih rendah terhadap virus, penambahan berat badan, dan penyakit jantung. Dilansir The Sun, Ahad (7/5/2023), ada 36 pasien yang didiagnosis dengan gangguan mimpi buruk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Peneliti meminta mereka untuk menulis ulang mimpi buruk yang paling sering mereka alami dengan cara yang positif. Seorang psikiater di Sleep Laboratory of the Geneva University dan University of Geneva di Swiss, Lampros Perogamvros menjelaskan bahwa ada hubungan antara jenis emosi yang dialami dalam mimpi dan kesejahteraan emosional manusia.

"Berdasarkan pengamatan ini, kami memiliki gagasan bahwa kami dapat membantu orang dengan memanipulasi emosi dalam mimpi mereka," ujar Perogamvros yang juga merupakan penulis senior studi tersebut.

Perogamvros mengatakan penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology itu menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk mengurangi jumlah mimpi negatif dan bermuatan emosional pada orang yang menderita mimpi buruk. Peneliti juga mencoba metode noninvasif lain untuk mengurangi mimpi.

Peserta diminta melakukan "latihan imajinasi", di mana mereka menghubungkan versi positif dari mimpi buruk dengan suara tertentu. Peneliti kemudian meminta peserta untuk memakai ikat kepala di malam hari yang akan memainkan suara untuk mereka saat mereka berada di tahap rapid eye movement (REM) saat tidur. Kebanyakan mimpi buruk terjadi di tahap REM.

Peserta dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama hanya diminta menulis ulang mimpi mereka dengan putaran positif, sedangkan kelompok kedua melakukan ini dan juga mendengarkan suara pilihan mereka saat mereka tidur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement