Kamis 04 May 2023 13:32 WIB

Menghadapi Panas Ekstrem dan El Nino, Apa yang Harus Dilakukan?

El Nino terjadi karena siklus alami di laut tropis Samudera Pasifik.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Natalia Endah Hapsari
Dalam menyikapi perubahan iklim, terdapat dua hal mendasar yang perlu dipersiapkan yaitu adaptasi dan mitigasi. Untuk adaptasi, masyarakat harus bersiap dengan suhu tinggi yang diakibatkan El Nino atau curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim./ilustrasi
Foto: Antara
Dalam menyikapi perubahan iklim, terdapat dua hal mendasar yang perlu dipersiapkan yaitu adaptasi dan mitigasi. Untuk adaptasi, masyarakat harus bersiap dengan suhu tinggi yang diakibatkan El Nino atau curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim./ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA---Perubahan iklim yang terjadi saat ini diperkirakan dapat berdampak bagi Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh pakar lingkungan Universitas Airlangga (Unair) Wahid Dianbudiyanto.

Menurut dia, hal tersebut dapat diperburuk dengan beragam kejadian lingkungan yang belakangan ini santer dirasakan. Seperti gelombang panas ekstrem yang terjadi di sejumlah negara, hingga prediksi terjadinya El Nino pada Agustus 2023. "Secara sains, peristiwa El Nino dan global warming belum dapat dikatakan berhubungan. karena perbedaan event yang cukup besar," ujarnya, Kamis (4/5/2023).

Baca Juga

Wahid menjelaskan, pemanasan global atau global warming disebabkan karena emisi gas rumah kaca yang menyelubungi bumi, sehingga panas matahari terperangkap. Sedangkan El Nino terjadi karena siklus alami di laut tropis Samudera Pasifik. Namun dapat disepakati bahwa keduanya bisa berdampak terhadap perubahan iklim.

Wahid mengatakan, dalam menyikapi perubahan iklim, terdapat dua hal mendasar yang perlu dipersiapkan yaitu adaptasi dan mitigasi. Untuk adaptasi, masyarakat harus bersiap dengan suhu tinggi yang diakibatkan El Nino atau curah hujan ekstrem akibat perubahan iklim. Beragam hal bisa dilakukan, seperti mengurangi aktivitas luar rumah hingga menanam pohon.

"Mungkin bisa juga mulai dibiasakan menggunakan sunscreen untuk menjaga kesehatan kulit di bawah sengatan matahari," kata dosen Teknik Lingkungan Unair tersebut.

Untuk upaya mitigasi atau pencegahan, lanjut Wahid, masyarakat dapat mulai hidup dengan menerapkan pola green lifestyle. Salah satunya dengan aktivitas menanam pohon. Menurutnya, meski menanam pohon merupakan aksi adaptasi, hal itu juga bisa disebut sebagai upaya mitigasi karena pohon dapat menyerap karbondioksida, sehingga mampu mengurangi dampak pemanasan global.

"Pohon juga dapat menjaga sumber air tetap hidup, hal ini dapat digunakan sebagai upaya mitigasi saat terjadinya kemarau panjang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement