Sementara itu, Deputi Bidang Geofisika, BMKG Suko Prayitno Adi mengatakan Gerhana matahari hibrida merupakan peristiwa gerhana matahari total dan cincin yang terjadi secara berurutan dalam satu fenomena gerhana.
Suko menjelaskan gerhana matahari hibrida terjadi ketika matahari, bulan, dan Bumi tepat segaris. Alhasil, di suatu tempat tertentu, terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari Bumi lebih kecil daripada piringan matahari.
Sementara itu, di tempat tertentu lainnya terjadi peristiwa piringan bulan yang teramati dari Bumi sama dengan piringan matahari. Akibatnya, saat puncak gerhana di suatu tempat tertentu, matahari akan tampak seperti cincin, yaitu gelap di bagian tengahnya dan terang di bagian pinggirnya, sedangkan di tempat tertentu lainnya matahari seakan-akan tertutupi bulan.
Suko mengingatkan agar masyarakat tidak melihat proses gerhana secara langsung. Sebab, radiasi matahari dapat merusak mata.
"Gunakanlah kacamata khusus yang menggunakan filter untuk melihat matahari," ujarnya.