Jumat 14 Apr 2023 04:59 WIB

Kenapa Dilarang Mengisi Daya Ponsel di Fasilitas Publik? Ini Penjelasan Pakar

Pakar ingatkan untuk tidak mengisi daya ponsel di sejumlah fasilitas publik.

Masyarakat diimbau tidak sembarang mengisi daya ponsel di fasilitas publik.
Foto: Flickr
Masyarakat diimbau tidak sembarang mengisi daya ponsel di fasilitas publik.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI) Firman Kurniawan mengingatkan masyarakat untuk tidak sembarang mengisi daya ponsel di fasilitas publik. Hal ini guna mencegah modus pencurian data oleh peretas.

"Waspadai penggunaan fasilitas umum karena modusnya semakin nyata, pencurian data lewat pengisian data," ujar Firman, Kamis (13/4/2023).

Baca Juga

Firman mengatakan, akan sangat berbahaya apabila data di dalam ponsel bisa dibobol oleh pelaku kejahatan siber. Data tersebut bisa disalahgunakan untuk hal-hal yang merugikan, mulai dari pemalsuan identitas hingga pembobolan rekening. Dia pun meminta masyarakat untuk lebih menjaga ponsel mereka, dengan tidak sembarang menghubungkan ke perangkat yang tidak aman, seperti fasilitas pengisian daya publik.

"Jadi harus waspada dan berhati-hati. Ketika ponselteretas data pribadinya, itu mereka (peretas) bisa masuk lebih dalam mulai dari penyalahgunaan identitas, mencari sumbangan, hingga mengeruk rekening kita sampai kering," kata dia.

Diketahui, FBI mengingatkan konsumen untuk tidak menggunakan stasiun pengisian daya umum. Pasalnya penipu dapat menginfeksi mesin-mesin tersebut dengan malware dan mencuri data mereka.

Dalam peringatan yang baru dirilis, pejabat FBI meminta pelanggan untuk menghindari menggunakan port pengisian USB umum di bandara, pusat perbelanjaan, dan hotel, dengan mengingatkan bahwa peretas bisa menggunakan kesempatan itu untuk mengakses ponsel atau tablet seseorang.

"Pelaku jahat telah menemukan cara untuk menggunakan port USB umum untuk memasukkan malware dan perangkat lunak pemantauan ke perangkat," kata kantor FBI Denver di Twitter baru-baru ini.

Praktik yang dikenal sebagai juice jacking pertama kali diperkenalkan pada tahun 2011, setelah para peneliti membuat stasiun pengisian untuk menunjukkan potensi peretasan di kios-kios tersebut. Belum jelas seberapa umum juice jacking terjadi, dengan sedikit laporan taktik pencurian malware tersebut secara publik.

Namun, para ahli telah memperingatkan bahwa akses penuh ke ponsel seseorang melalui juice jacking bisa berarti peretas memiliki akses ke data pribadi, termasuk informasi kartu kredit. Data tersebut bisa dijual kepada pelaku kejahatan lainnya.

Pelanggan dianjurkan untuk membawa kabel USB mereka sendiri dan menyambungkannya ke stopkontak atau ke pengisi daya portabel. Kabel USB-C dan pengisi daya nirkabel juga diakui sebagai pilihan yang lebih aman.

Jika seseorang harus menggunakan port pengisian USB umum, para ahli telah mengatakan untuk waspada terhadap tanda-tanda bahwa ponsel seseorang dapat diintervensi, termasuk baterai ponsel yang cepat habis, ponsel yang mengalami overheat, dan pengaturan yang berubah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement