REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Kemunculan teknologi kecerdasan buatan (AI) generatif seperti ChatGPT dengan cepat menarik perhatian banyak perusahaan di berbagai belahan dunia. Namun, tak sedikit pula yang menilai kehadiran teknologi semacam ini membawa risiko tersendiri.
Bulan lalu misalnya, Italia memutuskan untuk memblokir atau melarang sepenuhnya penggunaan ChatGPT. Menyusul Italia, Cina juga melakukan antisipasi dengan menerbitkan aturan baru terkait penggunaan ChatGPT dan teknologi AI generatif serupa lainnya.
Aturan baru ini muncul di saat beragam perusahan besar di Cina menunjukkan ketertarikan mereka untuk mengembangkan teknologi serupa untik menyaingi ChatGPT. Perusahaan Alibaba dan Baidu misalnya, telah memamerkan model AI generatif yang mereka buat. Bukan tak mungkin bila perusahaan besar Cina lain akan mengikuti jejak Alibaba dan Baidu.
Berdasarkan laporan, aturan-aturan baru di Cina ini akan mulai berlaku pada pengujung 2023. Pemerintah Cina juga akan terus memantau perkembangan teknologi AI secara seksama di negara tersebur.
Terkait aturan baru, ada empat aturan terkait penggunaan teknologi AI generatif yang telah dibuat oleh Cyberspace Administration of China. Berikut ini adalah keempat aturan baru tersebut, seperti dilansir GadgetsNow, Kamis (13/4/2023).
Nilai Sosialisme
Cina menerapkan aturan yang mengatur muatan konten yang dibuat oleh AI generatif. Menurut aturan, semua konten yang dibuat oleh AI generatif harus mencerminkan nilai dasar sosialisme.
Tak Menyinggung Pemerintahan
Cina juga memberikan batasan terkait konten yang dibuat oleh AI generatif seperti ChatGPT. Berdasarkan aturan, teknologi AI generatif tidak boleh menghasilkan konten yang menyerang atau menjelekkan pemerintah dalam bentuk apa pun.
Pantang Diskriminasi
Perusahaan biasanya akan menggunakan beragam data untuk melatih model AI mereka. Berkaitan dengan proses pelatihan model AI ini, Cina mewajibkan perusahaan-perusahaan tersebut untuk memastikan tidak ada muatan diskriminasi berbasis ras, etnis, atau gender.
Tak Boleh Hoaks
AI generatif memiliki kekmampuan untuk menghadirkan beragam informasi. Namun terkadang, akurasi dari informasi tersebut masih menjadi masalah. Dalam aturan terbaru mereka, Cina melarang AI generatif untuk menghasilkan konten yang memiliki muatan informasi hoaks atau keliru.