Senin 10 Apr 2023 08:05 WIB

Badai Matahari Berbahaya Dapat Diprediksi, Ini Teknologinya

Alat ini memprediksi dengan tepat kapan dan di mana badai matahari menyerang Bumi.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani / Red: Natalia Endah Hapsari
Badai Matahari dapat diprediksi dengan menggunakan model komputer bertenaga kecerdasan buatan (AI) baru yang disebut Dagger/ilustrasi.
Foto: NASA
Badai Matahari dapat diprediksi dengan menggunakan model komputer bertenaga kecerdasan buatan (AI) baru yang disebut Dagger/ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Model komputer bertenaga kecerdasan buatan (AI) baru yang disebut Dagger secara khusus dilatih untuk memprediksi dengan tepat kapan dan di mana badai matahari akan menyerang Bumi. Hal tersebut memberi kita waktu untuk mempersiapkan infrastruktur yang dapat terkena dampaknya, seperti jaringan listrik.

Dilansir dari Space, Jumat (7/4/2023), setiap menit setiap hari, matahari melepaskan energi dalam bentuk angin matahari, aliran partikel bermuatan yang terus mengalir. Matahari  juga kadang-kadang memancarkan semburan radiasi jangka pendek yang kuat yang dikenal sebagai semburan matahari dan mengeluarkan awan besar plasma surya dalam letusan yang disebut coronal mass ejections (CMEs).

Baca Juga

CME yang menghantam Bumi berinteraksi dengan medan magnet planet kita, terkadang menciptakan badai geomagnetik yang kuat. Meskipun badai ini melengkapi tampilan aurora planet kita, badai ini juga dapat menimbulkan dampak negatif, berpotensi menyebabkan pemadaman listrik, kegagalan satelit, dan terputusnya komunikasi.

Di situlah Dagger berperan. Model komputer AI baru ini dikembangkan oleh kemitraan publik-swasta Frontier Development Lab.

Dagger telah mempelajari data NASA untuk menemukan hubungan antara aktivitas matahari dan aktivitas geomagnetik yang merusak melalui proses yang disebut deep learning. Pengembang mengatakan DAGGER saat ini dapat memprediksi gangguan geomagnetik 30 menit sebelum kejadian.

“Dengan AI ini, sekarang memungkinkan untuk membuat prediksi global yang cepat dan akurat serta menginformasikan keputusan jika terjadi badai matahari, sehingga meminimalkan—atau bahkan mencegah- kehancuran masyarakat modern,” kata Vishal Upendran dari Pusat Astronomi Antar Universitas dan Astrofisika di India, dalam sebuah pernyataan.

Upendran adalah penulis utama makalah terbaru tentang model Dagger yang diterbitkan dalam jurnal Space Weather.

Meskipun 30 menit mungkin tidak tampak seperti banyak peringatan, ini bisa menjadi waktu yang cukup bagi sistem infrastruktur untuk memberlakukan protokol keselamatan guna menghindari kerusakan. Selain itu, model Dagger memiliki kode sumber terbuka, yang berarti bahwa banyak pengguna—katakanlah, perusahaan listrik atau operator satelit—dapat menyesuaikan Dagger dengan kebutuhan khusus mereka.

Dagger mungkin datang pada waktu yang tepat yaitu saat matahari bergerak menuju matahari maksimum, puncak dari siklus aktivitas 11 tahunnya. Jadi peringatan badai matahari tingkat lanjut akan sangat berguna saat ini dan dalam waktu dekat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement