REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Penyedia solusi integritas akademik Turnitin akan mengaktifkan kemampuan kecerdasan buatannya (AI) dalam mengidentifikasi penggunaan peranti penulisan berbasis AI, termasuk ChatGPT. Teknologi ini diklaim punya tingkat kepercayaan 98 persen sehingga memungkinkan para pengajar menganalisis dan meninjau keaslian sebuah karya akademik.
CEO Turnitin, Chris Caren mengatakan bahwa mendeteksi teks tertulis buatan AI secara akurat adalah prioritas utama para pengajar saat ini. Mereka harus dapat mendeteksi AI dengan kepastian yang sangat tinggi untuk menilai keaslian karya siswa dan menentukan cara terbaik untuk langkah penanganannya.
“Sama pentingnya bagi mereka agar teknologi pendeteksian itu menjadi bagian dari alur kerja yang sudah ada, yang telah kami tindak lanjuti dengan mengintegrasikan kemampuan pendeteksian AI ke dalam solusi Turnitin,” kata Chris dalam keterangannya, Kamis (6/4/2023).
Turnitin mulai menggarap kemampuan deteksi untuk GPT3, teknologi yang mendasari banyak aplikasi penulisan berbasis AI, sekitar dua tahun sebelum ChatGPT dirilis. Itu dikembangkan untuk membantu pengajar dan lembaga akademik mengidentifikasi keberadaan teks yang dihasilkan AI dalam tulisan siswa.
Kemampuan Turnitin mendeteksi tulisan AI diintegrasikan ke dalam sistem Turnitin yang dapat diakses melalui sistem manajemen pembelajaran. Para tenaga pengajar yang telah menggunakan Turnitin tidak memerlukan langkah tambahan untuk mengaktifkannya. Lebih dari 10.700 lembaga pendidikan dan lebih dari 2,1 juta pengajar akan dapat dengan cepat dan mudah mengevaluasi keberadaan teks yang dihasilkan AI.
Detektor AI Turnitin memberikan ukuran evaluatif tentang berapa banyak kalimat dalam tulisan yang dikirim yang bisa jadi dihasilkan oleh kecerdasan buatan. Hal itu dapat digunakan pengajar untuk menentukan apakah peninjauan, penyelidikan, atau diskusi lebih lanjut dengan siswa diperlukan.
Kemampuan deteksi tulisan AI Turnitin tersedia dalam produk dan solusi yang sudah ada, termasuk Turnitin Feedback Studio (TFS), TFS with Originality, Turnitin Originality, Turnitin Similarity, Simcheck, Originality Check, dan Originality Check+.
Menurut James Thorley, Wakil Presiden Regional Turnitin Asia Pasifik, akademisi, pengajar, dan administrator universitas di Asia Tenggara sangat menyadari potensi dampak peranti AI seperti ChatGPT di wilayah tersebut.
Para pengajar di Indonesia juga menyadari peranti AI dapat berdampak terhadap kualitas pekerjaan siswa dan pengalaman belajar. Namun, sementara komunitas menganggap bahwa peranti AI juga dapat menjadi kekuatan untuk kebaikan, ketergantungan yang tinggi pada teknologi dapat menghambat pemikiran kritis dan integritas akademik. “Itu merupakan nilai inti untuk pengembangan masyarakat," jelas Thorley.
Untuk membantu komunitas pendidikan menavigasi dan mengelola teknologi baru ini di kelas, Turnitin telah menerbitkan halaman sumber daya penulisan AI. Halaman web yang tersedia untuk umum diperbarui secara berkala dengan sumber daya praktis dari Tim Pengajaran dan Pembelajaran perusahaan. Tim itu terdiri dari mantan pengajar maupun yang masih aktif.