REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Italia secara resmi telah memblokir chatbot dengan kecerdasan buatan (AI) ChatGPT atas permintaan dari Privacy Guarantor. Pemblokiran ini dilakukan sebagai respons karena ChatGPT telah melanggar General Data Protection Regulation (GDPR) yang diterapkan oleh Uni Eropa.
Menurut Privacy Guarantor, tak ada basis hukum untuk memperbolehkan OpenAI selaku pengembang ChatGPT untuk mengakses data dalam jumlah yang sangat banyak. ChatGPT juga tak bisa memastikan akurasi data yang mereka berikan kepada pengguna.
Privacy Guarantor turut menyoroti lemahnya perlindungan yang diberikan oleh OpenAI terhadap data para pengguna ChatGPT, termasuk data pengguna anak. Selain itu, Privacy Guarantor menilai chatbot ini tak cocok digunakan oleh anak karena bisa memberikan jawaban yang tidak layak untuk anak-anak karena minimnya kontrol.
Data Protection Authority (DPA) Italia telah memberikan waktu selama 20 hari kepada OpenAI untuk mengembangkan sebuah outline. Melalui outline ini, OpenAI diminta untuk memberikan solusi yang dapat mengatasi masalah privasi para penggunanya.
Bila OpenAI gagal untuk mematuhi perintah tersebut karena alasan apa pun, OpenAI akan diminta untuk membayar sanksi sebesar 21,8 juta dolar AS atau sekitar Rp 326,32 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 4 persen dari total pendapatan bersih tahunan OpenAI.
Pihak OpenAI belum memberikan tanggapan terkait permasalahan ini. Namun, ChatGPT telah memiliki rincian kebijakan terkait privasi pengguna. Kebijakan tersebut menyatakan bahwa para trainer OpenAI dapat menggunakan data para pengguna untuk meningkatkan kemampuan teknologi kecerdasan buatan mereka. Tak hanya sekedar menggunakan, AI chatbot dari OpenAI ini juga mengumpulkan dan mengombinasikan data pengguna.
Seperti dilansir GizChina, Ahad (2/4/2023), kebijakan privasi ini dinilai sangat kontroversial. Alasannya, syarat dan ketentuan dari OpenAi menekankan bahwa pengguna di bawah usia 13 tahun tak bisa memakai aplikasi ini. Di sisi lain, mereka juga mengumpulkan data dan informasi pribadi lain dari para pengguna bawah umur.