Selasa 28 Mar 2023 19:34 WIB

Ini 6 Pertanyaan Penting yang Dijawab CEO TikTok dalam Sidang Kongres di AS

Selama enam jam, CEO TikTok harus menjawab beragam berbagai pertanyaan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
CEO TikTok Shou Zi Chew saat memenuhi panggilan Kongres Amerika Serikat.
Foto: Tangkapan Layar/VOA
CEO TikTok Shou Zi Chew saat memenuhi panggilan Kongres Amerika Serikat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Belum lama ini CEO TikTok Shou Zi Chew menghadiri sidang kongres terkait rencana pelarangan media sosial TikTok di Amerika Serikat (AS). Selama enam jam, Chew harus menjawab beragam berbagai pertanyaan yang diberikan oleh anggota parlemen AS.

Sidang kongres terkait rencana pelarangan TikTok ini dilakukan karena ada kekhawatiran bahwa aplikasi TikTok digunakan untuk mengumpulkan data pengguna. Oleh karena itu, dalam sidang kongres ini Chew mendapatkan sejumlah pertanyaan yang menyoroti hubungan antara TikTok dengan pemerintah Cina hingga isu keamanan dan kerahasiaan data pengguna.

Baca Juga

Setidaknya ada enam pertanyaan dari anggota parlemen AS yang dinilai penting untuk dibahas dalam sidang. Berikut ini adalah keenam pertanyaan tersebut, seperti dilansir GadgetsNow.

Hubungan TikTok dengan Cina

Anggota parlemen dari partai Demokrat dan Republik cukup panas dalam membahas topik ini. Seorang anggota parlemen dari Demokrat bahkan melabeli perusahaan induk TikTok, ByteDance, sebagai entitas yang berbasis di komunis Beijing.

Chew berulang kali menjelaskan bahwa ByteDance tidak dimiliki atau dikontrol oleh pemerintah Cina. Chew juga mengungkapkan bahwa dia tak pernah menemukan adanya bukti bahwa pemerintah Cina telah mengakses atau meminta data pengguna AS.

 

Pelarangan di India

Mengacu pada laporan Forbes, anggota parlemen AS mengatakan data pengguna asal India masih bisa diakses oleh perusahaan TikTok dan perusahaan induknya yang berbasis di Beijing. Padahal, India telah melarang penggunaan TikTok sejak 2020.

Chew lalu menyanggah laporan tersebut dengan tegas. Chew mengatakan pihaknya memiliki protokol askes data yang sangat ketat, sehingga tak semua orang bisa mengakses data.

 

Keamanan Data Pengguna AS

Anggota parlemen juga kerap mengajukan pertanyaan seputar keamanan data pengguna TikTok di AS. Berkaitan dengan hal ini, Chew mengungkapkan bahwa TikTok telah melakukan kesepakatan senilai Rp 22,7 triliun yang diberi nama Project Texas. Melalui kesepakatan ini, TikTok menjalin kerjasama dengan perusahaan teknologi berbasis di Texas, Oracle, untuk membangun firewall demi mencegah terjadinya akses data pengguna tak berizin.

Chew mengatakan proyek ini sedang berlangsung. Di saat yang sama, TikTok juga sedang dalam proses menghapus data pengguna dari server lama yang ada di AS dan Singapura.

 

Konten Hoaks Hingga Berbahaya

Hal lain yang juga menjadi pertanyaan dalam sidang adalah konten yang muncul dalam TikTok. Beberapa anggota parlemen mempertanyakan kemampuan TikTok dalam mengelola konten dengan muatan hoaks, berbahaya, hingga tak pantas di platform mereka.

Dalam kesempatan tersebut, anggota parlemen juga menampilkan contoh konten TikTok yang dinilai berbahaya. Video-video yang mereka tampilkan memiliki muatan yang mempromosikan aksi melukai hingga bunuh diri.

Berkenaan dengan isu ini, Chew mengatakan TikTok memiliki 40 ribu moderator dan sebuah algoritma yang dapat mengidentifikasi konten-konten berbahaya. TikTok juga berencana akan menggunakan validator pihak ketiga untuk memeriksa algoritma mereka. Chew juga membuka peluang bagi peneliti untuk mempelajari ekosistem konten TikTok. Chew mengakui bahwa perusahaannya masih belum sempurna, namun Chew menegaskan bahwa TikTok berusaha keras untuk terus memperbaiki diri.

 

Pemanfaatan Data Pengguna

Hal lain yang dipertanyakan oleh anggota parlemen adalah terkait hal yang dilakukan TikTok terhadap data pengguna. Berkaitan dengan hal ini, Chew mengatakan beragam perusahaan Amerika memiliki riwayat yang buruk terkait pemanfaatan data pengguna. Beberapa contoh perusahaan yang disebut oleh Chew adalah Facebook dan Cambridge Analytica.

 

Anak Chew tak Gunakan TikTok

Seorang anggota parlemen sempat menanyakan alasan Chew tak memperbolehkan anak-anaknya menggunakan TikTok. Chew menjawab, anak-anaknya saat ini tinggal di Singapura dan masih berusia di bawah 13 tahun. Berdasarkan aturan yang berlaku di Singapura, aplikasi TikTok versi anak tak bisa diakses oleh anak-anak berusia di bawah 13 tahun.

Akan tetapi, Chew mengatakan dia akan mengizinkan anak-anaknya untuk menggunakan TikTok bila mereka di AS. Alasannya, aturan di AS memungkinkan aplikasi TikTok versi anak telah tersedia di AS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement