Sabtu 18 Mar 2023 23:24 WIB

Praktisi Dunia Digital Bagikan Tips dan Trik Cara Mengecek Kebenaran Sebuah Berita

Tahap menyeleksi dan menganalisis informasi di platform digital sangatlah penting.

Kecakapan dalam memilah informasi sangat diperlukan di dunia digital. (Ilustrasi).
Foto: ABC News
Kecakapan dalam memilah informasi sangat diperlukan di dunia digital. (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan media digital mendorong warganet saat ini bisa berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai jenis orang dari letak geografis maupun latar belakang budaya yang berbeda. Para pengguna internet juga membangun hubungan lebih jauh untuk berkolaborasi. 

"Maka segala aktivitas digital di ruang digital dan menggunakan media digital memerlukan etika digital," ungkap Anggota Digimom Indonesia, Iis Nurhayati, saat jadi nara sumber kegiatan literasi digital #makincakapdigital 2023 untuk komunitas di Kalimantan, seperti dilansir pada Sabtu (18/3/2023).

Baca Juga

Berbagai kompetensi dalam etika digital perlu dimiliki pengguna di antaranya dalam menyeleksi dan menganalisis informasi di platform digital. Kemudian dapat memverifikasi pesan sesuai etika berinternet, agar dapat membentengi dirinya dari hal-hal negatif di internet. 

Lebih lanjut, kata dia, kemampuan ini juga membuat pengguna memperhatikan dalam produksi dan distribusi konten sesuai etika. Termasuk dalam mengecek berita palsu yang pada era internet banyak beredar. 

"Bahkan saat kita mengakses sosial media, berita-berita tidak baik, konten dan informasi negatif itu sedang marak-maraknya," ungkap Iis lagi. 

Hoaks yang merupakan berita palsu sangat terasa efeknya, karena biasanya berisi informasi yang direkayasa untuk menutupi informasi lainnya. Efeknya pun bisa sangat luas, menimbulkan ketakutan, kecemasan, permusuhan, saling mencurigai hingga menjadi tertutupi kebenaran informasi yang sebenarnya. 

Beberapa hal perlu dipertimbangkan saat membagikan unggahan di media sosial. Lantaran hoaks bisa membuat gaduh dan merugikan, sehingga perlu mengetahui ciri-ciri hoaks tersebut. "Ditelaah dulu informasinya apakah terpercaya, menginspirasi, memiliki dampak yang baik serta apakah informasi akan menyakiti pihak lain dan apakah informasi dibutuhkan.

Nara sumber berikutnya, dari AntiHoaks Indonesia, Irmawati Puan Mawar mengatakan pengguna internet yang kini sudah mencapai 212,9 juta perlu dibekali dengan kemampuan literasi digital. Individu yang cakap bermedia digital dinilai mampu mengetahui, memahami dan menggunakan perangkat media keras dan lunak.

"Orang yang bergelar profesor saja bisa terjebak menyebarkan hoaks. Jadi cakap saja tidak cukup, kita harus membangun kebiasaan," ungkap Irmawati di kesemoatan yang sama. 

Di era big data seperti sekarang, pengguna harus bisa memilah informasi mana yang benar dan bermanfaat. Jika tidak memiliki waktu untuk mengecek faktanya, maka mengidentifikasi ciri-ciri hoaks merupakan cara termudah. 

Paling pertama yang bisa diperhatikan adalah judul bombastis dan sensasional, kemudian judul biasanya juga provokatif serta mengakibatkan ketakutan. Sumber beritanya tidak jelas, sehingga sebaiknya memang bandingkan dulu dengan berita lainnya di Google. 

Lalu tak kalah penting adalah memerhatikan alamat URL tautan berita apakah memang berasal dari situs berita terpercaya atau hanya blog. Periksa juga gambar di Google, telusuri fack check explorer dan telusuri informasinya. 

Nara sumber berikutnya Diana Alethia, seorang Graphologist mengajak lebih jauh untuk mengenali motif penyebaran hoaks. Pertama ada alasan ekonomi, di mana hoaks menjadia sebuah bisnis yang dijalankan selama ada permintaan. Selain itu biasanya hoaks banyak tersebar di tahun-tahun politik untuk menjatuhkan lawan. Ada juga yang alasannya lantaran iseng ingin membuat suatu isu menjadi ramai dan viral. 

"Kalau menyebar berita palsu hati-hati teman, karena kita bisa berakhir di penjara," tutur Diana.

Nah, sebelum menyebarkan suatu informasi sebagai pengguna cerdas maka perlu memperhatikan empat hal untuk terhindar hoaks. Tanyakan lagi di mana berita tersebut ditayangkan, lalu siapa yang menulis, apa yang disampaikan penulis dan kapan diterbitkan. Pengguna diajak menjadi warganet yang kritis, di mana setiap menerima informasi harus dipilah terlebih dulu. 

Webinar 'Makin Cakap Digital' merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi, demikian seperti dilansir dari Antara. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement