Kamis 16 Mar 2023 18:25 WIB

Inggris Bakal Larang TikTok Terpasang di Perangkat Seluler Pemerintah

Pelarangan TikTok ada kaitannya dengan kekhawatiran keamanan dan privasi data.

Logo aplikasi TikTok ditampilkan di ponsel di Randers, Denmark, 28 Februari 2023. Inggris akan melarang TikTok digunakan dalam perangkat-perangkat seluler pemerintah.
Foto: EPA-EFE/Bo Amstrup
Logo aplikasi TikTok ditampilkan di ponsel di Randers, Denmark, 28 Februari 2023. Inggris akan melarang TikTok digunakan dalam perangkat-perangkat seluler pemerintah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aplikasi video pendek nan populer dari Cina, TikTok, bakal segera dilarang digunakan dalam perangkat seluler pemerintah Inggris. Sky News melaporkan pada Kamis (16/3/2023) bahwa Menteri Sekretaris Kabinet Oliver Dowden akan menyampaikan pernyataan di depan parlemen Inggris sore ini mengenai keamanan perangkat-perangkat pemerintah.

Menurut Sky News, Dowden kemudian akan melarang TikTok digunakan dalam perangkat-perangkat seluler pemerintah. Aplikasi berbagi video singkat dari Cina itu tengah dicermati oleh sejumlah negara, khususnya di Barat, karena kaitannya dengan keamanan dan privasi data.

Baca Juga

Mereka khawatir TikTok digunakan sebagai sarana mempromosikan suara-suara pro-Cina atau mengumpulkan data pengguna. TikTok sudah berulang kali membantah tuduhan semacam itu.

Komisi Uni Eropa dan sejumlah negara bagian di Amerika Serikat, serta Kongres AS, sudah mengeluarkan larangan penggunaan aplikasi ini karena khawatir bakal menjadi sarana melancarkan serangan siber. Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak sendiri mengaku mencermati perkembangan itu dan menyatakan Inggris mengikuti langkah yang diambil sekutu-sekutu Inggris.

Belum lama ini, Menteri Keamanan Tom Tugendhat berkata kepada Sky News bahwa dia sudah meminta Pusat Keamanan Siber Nasional (NCSC) agar menyelidiki aplikasi ini guna memastikan keamanan dan kebebasan proses diplomatik Inggris. Tahun lalu, parlemen Inggris menutup akun TikTok mereka setelah para anggota parlemen mengkhawatirkan kaitan perusahaan media sosial itu dengan Cina.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement